Akuntasi
October 29, 2024

Bagaimana Cara Menghitung BEP Unit dan BEP Rupiah bagi Bisnis Anda?

Ditulis oleh
Galih Gumelar
Terakhir diubah pada
October 29, 2024

Break Even Point (BEP) adalah sebuah kondisi yang ditunggu-tunggu oleh para pelaku bisnis. Tak heran, mengingat BEP adalah sebuah kondisi di mana pelaku bisnis mengalami "balik modal" atas usahanya selama ini. Kendati demikian, bagaimana cara menghitung BEP yang tepat agar nilai titik impas yang dihasilkan bisa menjadi akurat?

Apa Itu Break Even Point (BEP)?

Secara sederhana, Break Even Point (BEP) adalah sebuah kondisi di mana seluruh pendapatan yang digaet sebuah badan usaha sudah setara dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa.

Dengan demikian, dalam kondisi BEP, perusahaan tidak mengalami kerugian atau keuntungan, melainkan kondisi yang umum dikenal dengan istilah "balik modal". Oleh karenanya, BEP juga dikenal dengan istilah titik impas, di mana pengeluaran bagi produksi setara dengan pendapatannya.

Bagi pelaku bisnis, BEP merupakan sebuah peristiwa penting dan krusial dalam perjalanan bisnisnya. Pasalnya, Break Even Point mengindikasikan bahwa sang pelaku bisnis telah melewati fase kerugian dan sedang di jalur yang benar untuk meraih laba.

Oleh karenanya, pelaku bisnis sangat peduli mengenai kapan mereka bisa mencapai titik impas dalam berbisnis.

Namun, dalam konteks yang lebih luas, istilah Break Even Point pun digunakan dalam kegiatan lain. Di dalam kegiatan investasi, misalnya, BEP digunakan untuk menjelaskan kondisi ketika harga pasar instrumen investasi saat ini sudah mencapai dengan harga beli instrumen investasi.

Apa Saja Manfaat BEP bagi Bisnis?

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, Break Even Point adalah sebuah peristiwa krusial dalam kegiatan bisnis. Sehingga, mengetahui titik impas tentu memberikan banyak manfaat bagi kelangsungan bisnis ke depan.

Adapun beberapa manfaat memahami BEP bagi bisnis adalah:

Menentukan Harga Jual per Unit yang Tepat

Dengan mengetahui konsep Break Even Point, pelaku bisnis bisa memahami berapa harga jual per unit yang tepat atas produk-produk yang ia lempar ke pasaran dari sisi bisnis.

Dalam hal ini, pelaku bisnis bisa memiliki pijakan terkait berapa harga jual produk yang sesuai jika perusahaan ingin mencapai profit. Di samping itu, mengetahui harga jual produk yang tepat juga bisa membantu perusahaan dalam menghitung penekanan ongkos produksi.

Sebagai Bahan Evaluasi Terhadap Efisiensi Kerja

Konsep Break Even Point juga bisa membantu perusahaan dalam meninjau efisiensi kerja dan biaya yang dikeluarkan untuk produksi.

Dalam hal ini, BEP bisa digunakan untuk melihat apakah terdapat biaya-biaya yang setidaknya bisa ditekan sehingga pendapatan yang dihasilkan bisa sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. Nantinya, hasil analisis efisiensi ini bisa dimanfaatkan perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki dengan optimal.

Membantu Perusahaan dalam Melihat Potensi Laba

Dengan memahami konsep BEP, perusahaan juga mampu melihat potensi laba yang bisa dicapai. Sehingga, mereka pun bisa dengan mudah menentukan target penjualan dengan tingkat keuntungan yang diharapkan.

Membantu Menentukan Keputusan Bisnis Secara Rasional

Data-data yang disajikan dari Break Even Point bisa membantu pemilik bisnis untuk menentukan strategi bisnisnya dengan rasional.

Ada kalanya, ketika seseorang mengelola bisnis, ia bisa terbawa emosi ketika menentukan keputusan. Namun, jika segala keputusan didasarkan atas pandangan pribadi, maka keberlangsungan bisnisnya bisa terancam karena tidak didasarkan oleh faktor-faktor rasional.

Oleh karenanya, pelaku bisnis bisa memanfaatkan perhitungan BEP untuk menentukan strategi bisnisnya ke depan tanpa mencampurkan faktor emosinya.

Untuk Menentukan Jumlah Kapasitas Produksi yang Tersisa

Memahami Break Even Point juga bisa membantu perusahaan dalam mengetahui berapa kapasitas produksi perusahaan yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan volume produksi.

Hal ini bisa diketahui mengingat BEP adalah titik balik modal. Sehingga, jika perusahaan merasa bahwa pendapatannya lebih kecil dari biayanya, maka ia bisa menentukan berapa tambahan produksi yang dibutuhkan demi mencapai omzet yang diinginkan.

Apa Saja Asumsi dari Perhitungan BEP?

Dalam menghitung Break Even point, pelaku usaha tidak boleh sembarangan dalam melakukannya. Malahan, dalam bisnis, terdapat beberapa asumsi yang digunakan ketika menghitung BEP.

Adapun asumsi-asumsi yang mendasari perhitungan Break Even Point adalah:

  1. Biaya yang timbul dalam kegiatan perusahaan harus dikategorikan ke dalam biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).

  2. Biaya variabel secara total berubah sesuai perubahan volume produksi, sementara itu biaya tetap tidak mengalami perubahan berapa pun besaran produksinya.

  3. Jumlah biaya tetap tidak akan berubah meski ada perubahan aktivitas. Sementara itu, biaya tetap per unit akan berubah sesuai dengan tingkat produksi.

  4. Harga jual per unit dianggap konstan.

  5. Jumlah produk dianggap selalu habis terjual.

  6. Perusahaan juga diasumsikan menjual dan membuat satu jenis produk.

Cara Menghitung BEP: Mengenal Komponen Dasar Break Even Point

Berdasarkan asumsi Break Even Point di atas, maka bisa dibilang bahwa konsep perhitungan Break Even Point didasarkan atas tiga komponen utama, yakni biaya tetap, biaya variabel, harga jual, dan pendapatan.

Lantas, apa saja pengertian masing-masing komponen tersebut ketika pelaku usaha ingin mengetahui cara menghitung BEP?

Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya Tetap (fixed cost) adalah biaya yang terus dikeluarkan secara rutin oleh perusahaan. Dengan kata lain, perusahaan akan tetap menggelontorkan biaya ini terlepas dari apakah perusahaan melakukan proses produksi atau tidak.

Di samping itu, biaya ini juga tidak bisa disebut sebagai biaya produksi lantaran biaya-biaya ini memang tidak digunakan untuk proses produksi secara langsung. Adapun contoh biaya tetap adalah biaya sewa, biaya bunga kredit, depresiasi, dan tagihan internet.

Biaya Variabel (Variable Cost)

Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel adalah biaya yang digelontorkan perusahaan ketika menyesuaikan jumlah produksinya. Dengan demikian, biaya ini hanya muncul ketika proses produksi dan nilainya pun berubah-ubah sesuai dengan jumlah produksi yang dilakukan. Kenaikan satu unit produksi akan menambah unit biaya variabel.

Adapun biaya variabel per produk kerap disebut biaya variabel per unit. Contoh biaya yang tergolong ke dalam biaya variabel adalah biaya bahan baku produksi, biaya distribusi, dan biaya upah tenaga kerja langsung.

Pendapatan (Revenue)

Komponen terakhir adalah pendapatan, yakni total keseluruhan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan penjualan.

Untuk menghitung pendapatan, pelaku bisnis tinggal mengalikan harga jual per unit dengan jumlah kuantitas barang yang terjual.

Bagaimana Cara Menghitung BEP?

Setelah memahami komponen dan asumsi Break Even Point, kini saatnya mengetahui cara menghitung BEP.

Pada umumnya, terdapat dua jenis cara menghitung BEP, yakni dengan menghitung titik impas secara per unit produk atau per mata uang, dalam hal ini Rupiah.

Lantas, seperti apa detail masing-masing perhitungan BEP baik untuk BEP Unit maupun BEP Rupiah?

Cara Menghitung BEP Unit

Konsep BEP Unit adalah konsep menghitung nilai Break Even Point berdasarkan unit produk yang terjual. Dengan kata lain, formulasi ini mengindikasikan seberapa banyak jumlah produk yang perlu dijual oleh perusahaan agar bisa mencapai titik impas.

Dalam hal ini, pelaku usaha bisa menghitungnya dengan rumus BEP Unit seperti berikut:

BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi : (Harga Jual per Unit-Biaya Variabel per Unit)

Sekadar informasi, bagian rumus BEP unit yang berisikan harga jual per unit dikurangi biaya variabel per unit juga kerap disebut dengan margin kontribusi.

Margin kontribusi sendiri adalah suatu nilai pendapatan bersih yang didapatkan dari mengurangi harga jual dengan biaya variabel atas produk per unit. Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui besaran sisa "laba" (margin) yang diperoleh perusahaan untuk membayar biaya tetap dan menghasilkan laba.

Dengan demikian, maka rumus BEP Unit juga bisa ditulis seperti berikut:

BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi : Margin Kontribusi per Unit

Cara Menghitung BEP dalam Satuan Mata Uang

Jika BEP Unit menghitung berapa jumlah unit produk yang harus terjual untuk memperolah kondisi BEP, maka BEP per satuan mata uang menghitung BEP dalam nominal mata uang yang masing-masing digunakan perusahaan di pembukuannya. Jika dalam konteks Indonesia, maka mata uang yang digunakan adalah Rupiah.

Perhitungan ini bertujuan untuk mengetahui berapa besar nilai penjualan yang harus dicapai perusahaan untuk mencapai kondisi "balik modal". Adapun cara menghitung BEP Rupiah cukup mudah, yakni dengan memodifikasi rumus BEP Unit.

BEP (dalam Satuan Mata Uang) = (Biaya Tetap Produksi : (Harga Jual per Unit-Biaya Variabel per Unit)) : Harga per Unit

Rumus BEP Rupiah tersebut juga bisa ditulis dengan variasi lain seperti berikut:

BEP (dalam Satuan Mata Uang)= (Biaya Tetap Produksi : Margin Kontribusi) : Harga per Unit

Contoh Cara Menghitung BEP

Setelah memahami cara menghitung BEP, kini saatnya menengok contoh perhitungan BEP menggunakan ilustrasi sederhana.

Sebagai contoh, anggap saja perusahaan A yang bergerak di bidang makanan ringan berencana untuk menganggarkan biaya sebesar Rp30 juta pada Juni 2024 untuk membayar sewa ruko, biaya internet, serta tagihan air dan listrik.

Di saat yang sama, perusahaan A, yang merupakan produsen keripik pisang, juga menganggarkan uang produksi di bulan yang sama.

Adapun anggaran tersebut terdiri dari pisang 10 tandan seharga Rp10 juta, gula pasir dengan nilai pembelian Rp5 juta, minyak goreng dengan nilai pembelian Rp5 juta, dan kemasan plastik sebesar Rp2 juta. Tak ketinggalan, perusahaan A juga memiliki dua tenaga kerja masing-masing bergaji Rp3 juta per bulan untuk kegiatan produksi.

Setelah jadi, rencananya keripik pisang tersebut akan dibanderol seharga Rp50.000 per bungkus. Selain itu, jika dihitung, perusahaan A memiliki biaya variabel per unit sebesar Rp25.000 per bungkus.

Lantas, berapa unit terjual dan nilai penjualan yang harus dicapai jika perusahaan ingin mendapatkan kondisi Break Even Point?

Contoh Cara Menghitung BEP Unit

Untuk mengetahui berapa unit keripik pisang yang perlu dijual demi mendapatkan titik impas, maka perusahaan A harus melakukan kategorisasi terhadap jenis-jenis biaya yang dikeluarkannya.

Di satu sisi, perusahaan A berniat menggelontorkan Rp30 juta untuk biaya tetap. Di sisi lain, perusahaan A juga menganggarkan biaya variabel Rp25.000 per unit yang digunakan untuk kelangsungan produksi, yang terdiri atas pisang, gula pasir, minyak goreng, kemasan plastik, dan tenaga kerja langsung.

Dengan demikian, maka memperhitungkan margin kontribusi per unit biaya tetap harga jual, maka nilai BEP dalam unit perusahaan A adalah sebagai berikut.

Pertama, perusahaan A bisa menghitung kontribusi margin agar bisa mengetahui kontribusi margin per unit:

Margin Kontribusi: Harga Jual per Unit-Biaya Variabel per Unit

Margin Kontribusi: Rp50.000 - Rp25.000

Margin Kontribusi: Rp10.000

Langkah kedua, perusahaan A bisa menghitung Break Even Point dengan mempertimbangkan faktor biaya tetap:

BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi : Margin Kontribusi

BEP (dalam Unit) = Rp30 juta : Rp10.000

BEP (dalam Unit) = 3.000 unit

Dengan demikian, maka perusahaan A perlu menjual 3.000 unit agar bisa mencapai titik impas.

Contoh Cara Menghitung BEP Rupiah

Jika Perusahaan A ingin menghitung BEP dalam satuan mata uang, dalam hal ini Rupiah, maka perusahaan A tinggal memasukkan unsur harga jual per unitnya ke dalam perhitungan BEP.

Dengan demikian, maka nilai BEP Perusahaan A adalah:

BEP (dalam Satuan Mata Uang)= (Biaya Tetap Produksi : (Margin Kontribusi : Harga per Unit)

BEP (dalam Satuan Mata Uang) = Rp30 juta : ( Rp10.000 : Rp50.000)

BEP (dalam Satuan Mata Uang) = Rp30 juta : 0,2

BEP (dalam Satuan Mata Uang) = Rp150 juta

Dengan demikian, maka Perusahaan A perlu mencapai nilai penjualan sebesar Rp150 juta demi mencapai BEP.

Mengenal Break Even Analysis

Setelah mengenal cara menghitung BEP, biasanya pelaku usaha akan melakukan analisis melalui sebuah proses bernama Break Even Analysis.

Dalam proses ini, berdasarkan perhitungan BEP, perusahaan akan mengetahui beberapa hal mengenai cara dalam meningkatkan profitabilitasnya. Misalnya, berapa harga jual per unit yang bisa dibebankan ke konsumen dan mengecek tingkat margin yang optimal demi mencapai laba di masa depan.

Adapun manfaat dari Break Even Analysis bagi Perusahaan adalah:

  1. Menyediakan informasi terkait banyaknya investasi yang dibutuhkan agar perusahaan bisa mengimbangi pengeluaran awal.

  2. Memberi tingkat margin yang tepat sebagai langkah pembatas supaya tidak mengalami kerugian.

  3. Sebagai bahan utama bagi perusahaan dalam melakukan penganggaran dan perencanaan proses produksi.

Capai BEP dengan Cepat dengan Pengendalian Pengeluaran yang Lebih Baik Menggunakan Aspire!

Dalam berusaha, tentu saja setiap pelaku usaha menginginkan waktu yang cepat dalam mencapai Break Even Point alias balik modal. Memang, ada yang meraihnya dengan cepat namun ada juga perusahaan yang harus menunggu bertahun-tahun untuk mencapai titik impas.

Bagi pelaku bisnis pemula, kadang penentuan balik modal hanya ditentukan dari pendapatan dan pengeluaran. Namun, disadari atau tidak, kadang salah satu faktor penentu apakah suatu perusahaan bisa mencapai BEP adalah pengelolaan keuangan, khususnya manajemen pengeluaran yang baik.

Mengapa demikian? Perusahaan, utamanya usaha baru, kadang tidak mampu mengendalikan pengeluarannya. Terkadang, mereka sering dikejutkan dengan nilai pengeluaran yang membengkak di akhir bulan. Selain itu, pengelolaan dan pemantauan anggaran yang buruk terkadang juga bisa berujung pada kerugian dan bahkan aktivitas fraud.

Hal-hal kecil namun krusial seperti ini tentu sangat menghambat perusahaan untuk mencapai balik modal. Oleh karenanya, pelaku usaha, termasuk Anda, membutuhkan satu solusi keuangan yang bisa membantu manajemen pengeluaran di satu tempat, utamanya di Aspire!

Melalui fitur manajemen pengeluaran di Aspire, Anda bisa mendelegasikan pengeluaran kepada anggota tim Anda sambil tetap mempertahankan kendali penuh atas anggaran. Di samping itu, Aspire juga memberikan fasilitas alur persetujuan, sehingga tidak ada transaksi yang tidak mungkin Anda pantau di perusahaan Anda.

Selain itu, Aspire juga menyediakan monitor pengeluaran secara real-time sehingga Anda tidak perlu khawatir dengan pengeluaran berlebihan atau pengeluaran kejutan di akhir bulan. Tak ketinggalan, fitur manajemen pengeluaran di Aspire juga bisa terintegrasi dengan sejumlah perangkat lunak, lembar anggaran, atau akun pembayaran sehingga Anda bisa mengelola seluruh pengeluaran perusahaan dalam satu tempat saja.

Tak perlu ragu dengan keandalan Aspire karena produk-produk Aspire sudah dipercaya oleh lebih dari 15.000 bisnis di seluruh dunia dan terbukti membantu efisiensi waktu pencatatan keuangan. 

Ucapkan selamat tinggal dengan pengeluaran berlebih dan tak terkendali dan ucapkan selamat datang dengan biaya yang lebih terkontrol dan efisien!

BAGIKAN ARTIKEL INI
Galih Gumelar
adalah penulis ulung dengan spesialisasi di makroekonomi, bisnis, keuangan, dan politik. Berbekal pengalaman menulis di CNN Indonesia, The Jakarta Post, dan organisasi kenamaan lainnya, Galih menggunakan keahliannya dalam menulis wawasan yang bermanfaat bagi mereka yang ingin memulai usaha.
Mengoptimalkan operasi keuangan Anda dengan Aspire
Temukan bagaimana Aspire dapat membantu Anda mempercepat proses keuangan dari awal hingga akhir mulai dari pembayaran hingga manajemen pengeluaran
Hubungi Sales