Akuntasi
October 29, 2024

Apa Itu Akuntansi, Fungsi, dan Pentingnya bagi Bisnis Anda?

Ditulis oleh
Galih Gumelar
Terakhir diubah pada
October 29, 2024

Akuntansi adalah sebuah hal esensial dalam pengelolaan bisnis. Pasalnya, data-data keuangan yang terdapat di dalamnya dapat menjadi fondasi laporan keuangan yang bermanfaat bagi perusahaan untuk mengetahui tingkat kesehatan keuangannya.

Masyarakat awam mungkin mengira bahwa akuntansi hanyalah sekadar aktivitas hitung menghitung dan pencatatan keuangan. Namun, bagi pegiat bisnis dan ahli keuangan, akuntansi merupakan sebuah "bahasa bisnis" yang mampu menyingkap seluruh hal-hal yang terjadi di perusahaan.

Lantas, apa sebenarnya akuntansi? Apakah akuntansi adalah sekadar pencatatan semata? Di artikel berikut, Anda dapat mengetahui definisi akuntansi, manfaatnya bagi perusahaan, dan aspek dasar lainnya.

Apa Definisi Akuntansi?

Secara ringkasnya, akuntansi adalah suatu proses identifikasi, pencatatan, pengelompokkan, pengolahan, dan penyajian data-data keuangan yang disusun secara sistematis dengan prosedur teratur sehingga dapat memberikan informasi keuangan bagi perusahaan untuk mengambil suatu keputusan.

Kendati demikian, sejatinya tidak ada definisi absolut terkait akuntansi mengingat setiap lembaga atau ahli pun memiliki pengertiannya masing-masing akuntansi.

Sebagai contoh, asosiasi akuntansi Amerika Serikat (American Accounting Association/AAA) pada 1966 mengatakan bahwa akuntansi adalah proses identifikasi, pengukuran, dan komunikasi informasi ekonomi untuk kemudian digunakan sebagai pertimbangan dan bahan keputusan bagi pemangku kepentingan terkait.

Sementara itu, American Institute of Certified Public Accountant (AICPA) pada 1941 menyebut bahwa akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian, dan penyimpulan atas uang, transaksi, dan rangkaian peristiwa yang sebagian di antaranya berkaitan dengan karakter finansial yang hasilnya bisa diinterpretasikan kemudian.

Tak hanya lembaga, beberapa ahli pun memiliki pandangannya sendiri mengenai definisi akuntansi.

Di satu sisi, dalam bukunya berjudul "Accounting" yang diterbitkan 2005 silam, Warren et al mengatakan bahwa akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang memiliki sebuah aktivitas ekonomi serta kondisi perusahaan.

Di sisi lain, Weygandt, Kieso, dan Kimmel mendefinisikan akuntansi sebagai bagian sistem informasi yang mengidentifikasi sebuah catatan dan mengomunikasikan peristiwa ekonomi bagi pemangku kepentingan terkait.

Namun, apapun definisinya, pengertian akuntansi setidaknya memiliki komponen identifikasi, pencatatan, penyediaan informasi, dan dimanfaatkan oleh pemangku kepentingan.

Hanya saja, pelaksanaan akuntansi tidak bisa dilakukan sembarangan. Kegiatan akuntansi wajib mengikuti prinsip dan standar yang sudah ditetapkan.

Di Indonesia, prinsip-prinsip pelaksanaan akuntansi mengikuti prinsip akuntansi berlaku umum (PABU) atau Generally Accepted Accounting Principles (GAAP).

Tak hanya itu, Dewan Standar Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) juga menerbitkan standar pencatatan akuntansi yang perlu dipatuhi oleh pelaku akuntansi di Indonesia.

Saat ini, terdapat empat macam standar akuntansi yang sudah diterbitkan DSAK IAI, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diadopsi dari Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP), Standar Akuntansi Syariah (SAS), dan Standar Akuntabilitas Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK EMKM).

Selain itu, tidak semua orang pun bisa melakukan pekerjaan akuntansi. Adapun praktisi akuntansi biasa dikenal dengan nama akuntan yang sebelumnya harus menempuh pendidikan jurusan akuntansi terlebih dulu.

Apa Tujuan Akuntansi?

Seperti yang sudah disinggung di atas, akuntansi adalah hal yang sangat krusial dalam proses bisnis dan pengambilan keputusan. Namun, di samping itu, terdapat pula tujuan lain dari kegiatan akuntansi. Berikut rinciannya!

1. Tujuan Akuntansi Secara Umum

  1. Menyediakan informasi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan
  2. Melaporkan informasi terkait perubahan yang terjadi di komponen keuangan perusahaan, utamanya dari sisi aset, utang, dan modal.
  3. Menyajikan informasi lain demi kepentingan pemangku kepentingan terkait.
  4. Menyediakan informasi keuangan yang diharapkan dapat menopang profitabilitas perusahaan di masa depan.

2. Tujuan Akuntansi Secara Khusus

Secara khusus, akuntansi adalah kegiatan yang bertujuan untuk menyajikan informasi dalam bentuk laporan yang berisi posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan lain sesuai prinsip-prinsip PABU atau GAAP.

3. Tujuan Akuntansi Secara Kualitatif

Secara kualitatif, tujuan akuntansi adalah:

  1. Menyediakan informasi keuangan yang relevan dan terbukti kebenarannya karena dapat diperbandingkan dan disampaikan sesuai prinsip-prinsip PABU.
  2. Menyediakan informasi yang dapat dimengerti oleh pihak-pihak berkepentingan.
  3. Menjelaskan kegunaan dari setiap aktivitas ekonomi yang terdapat di dalamnya secara lebih detail.
  4. Membantu penyusunan laporan keuangan.

Mengapa Akuntansi Adalah Hal Penting bagi Perusahaan?

Seluruh perusahaan tentu melakukan kegiatan akuntansi, sehingga sudah pasti bahwa akuntansi adalah hal penting bagi perusahaan. Lantas, apa saja manfaat dan kegunaan akuntansi bagi perusahaan?

1. Sebagai Alat Penyedia Informasi Keuangan

Data keuangan yang terdapat di dalam akuntansi adalah informasi yang bermanfaat bagi perusahaan, baik untuk mengevaluasi kesehatan keuangannya maupun menentukan strategi bisnis ke depan.

Tanpa kegiatan akuntansi, perusahaan tidak memiliki pijakan utama dalam menentukan langkahnya ke depan, sehingga perusahaan pun rentan mengambil keputusan salah dan bisa berdampak negatif bagi profitabilitasnya.

Terlebih, seluruh informasi keuangan dalam akuntansi harus disajikan secara benar dan akuntabel, sehingga data-data di dalamnya pun bersifat valid.

2. Sebagai Alat Pengendali Keuangan

Tujuan akuntansi berikutnya adalah pengendalian keuangan.

Dengan melakukan kegiatan akuntansi, perusahaan dapat mengetahui bagaimana tingkat pengelolaan keuangan perusahaan selama ini.

Berbasiskan data akuntansi, perusahaan bisa mengevaluasi ruang efisiensi biaya, faktor apa saja yang bisa mendorong laporan keuangan yang lebih baik, dan kondisi laba atau rugi yang dialami perusahaan sepanjang periode pembukuan.

3. Membantu Perencanaan Bisnis ke Depan

Melalui data-data akuntansi, perusahaan bisa merencanakan perencanaan bisnis yang lebih baik ke depan.

Sebagai contoh, berdasarkan informasi keuangan, perusahaan bisa menganalisis tren keuangan dan mengaitkannya dengan kondisi makroekonomi yang terjadi, sehingga perusahaan bisa melakukan pengambilan keputusan lebih baik berdasarkan peristiwa yang terjadi di masa lampau.

4. Sebagai Bahan Analisis Keuangan

Tujuan akuntansi lainnya adalah sebagai bahan analisis keuangan.

Proses akuntansi pada akhirnya akan melahirkan laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba/rugi, laporan arus kas, laporan perubahan modal, dan neraca. Melalui empat laporan keuangan tersebut, perusahaan memiliki landasan untuk melakukan serangkaian analisis keuangan seperti tingkat kesehatan utang perusahaan.

Apa Saja Prinsip-prinsip Akuntansi dan Penjelasannya?

Seperti yang disebut sebelumnya, akuntansi adalah sebuah kegiatan yang dijalankan berdasarkan prinsip dan standar, di mana keduanya harus dipatuhi oleh para akuntan ketika menyusun pembukuan.

Di Indonesia, prinsip-prinsip akuntansi harus sesuai dengan PABU atau GAAP. Sekadar informasi, PABU atau GAAP memiliki 10 poin prinsip akuntansi seperti berikut:

1. Prinsip Akuntansi Entitas Ekonomi

Secara sederhananya, prinsip ini menekankan bahwa perusahaan adalah sebuah entitas ekonomi yang terpisah dari individu atau pihak mana pun. Dengan demikian, maka perusahaan pun harus dikelola dan diperlakukan secara independen agar informasi keuangan yang disediakan akuntansi bersifat akurat.

Selain itu, prinsip ini pun menekankan adanya pemisahan antara kepentingan pribadi dan perusahaan. Jika pencatatan keduanya digabungkan, maka informasi keuangan yang dihasilkan pun akan bersifat bias dan tidak bisa digunakan untuk mengevaluasi keuangan perusahaan.

2. Prinsip Akuntansi Unit Satuan Moneter

Prinsip ini menjelaskan bahwa seluruh transaksi keuangan wajib dicatat dalam satuan moneter atau mata uang tertentu dengan asumsi bahwa unit-unit moneter tersebut konsisten dan dapat diandalkan. Sehingga, informasi-informasi yang terdapat di akuntansi bisa dibandingkan dengan perusahaan lain sebagai bagian dari evaluasi bisnis.

Dengan demikian, maka angka-angka yang terdapat di dalam akuntansi tertera dalam bentuk satuan mata uang, seperti Rupiah atau Dolar AS.

3. Prinsip Akuntansi Periode Akuntansi

Seluruh pencatatan keuangan harus dilakukan di dalam rentang waktu atau periode tertentu agar data-data di dalamnya bisa dianalisis dengan tepat. Selain itu, periode pencatatan juga bisa memberikan konteks dan detail yang jelas untuk analisis keuangan.

Tak ketinggalan, aspek periode ini juga bermanfaat bagi perusahaan dalam menganalisis laporan keuangan, misalnya laba/rugi atau arus kas di satu periode tertentu. Melalui laporan keuangan, perusahaan pun bisa membandingkan kinerja perusahaan antar waktu, misalnya perubahan laba antar kuartal atau antar tahun.

4. Prinsip Akuntansi Biaya Historis

Prinsip ini menekankan bahwa konsep biaya (cost) merujuk pada jumlah belanja yang direalisasikan perusahaan ketika memperoleh suatu barang.

Sebagai contoh, baik itu terjadi lima bulan lalu atau lima tahun lalu, uang yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan barang dimasukkan sebagai kategori biaya. Atas alasan tersebut, maka seluruh jumlah pembelanjaan antar periode itu disebut sebagai biaya historis.

5. Prinsip Akuntansi Pengungkapan Penuh

Prinsip akuntansi satu ini menegaskan bahwa perusahaan perlu mengungkap seluruh informasi-informasi yang bisa memengaruhi kemampuannya memenuhi kewajiban atau menjalankan operasinya di masa depan.

Prinsip ini bertujuan untuk memberikan konteks kepada pemangku kepentingan, seperti investor dan pemberi pinjaman, terkait kondisi keuangan perusahaan dan tidak disesatkan oleh informasi di laporan keuangan.

Sebagai contoh, potensi perubahan suku bunga kredit yang disebabkan perubahan suku bunga acuan tentu memengaruhi nilai beban utang perusahaan. Hal itu pun harus diungkapkan secara transparan secara prinsip akuntansi.

6. Prinsip Akuntansi Kesinambungan Usaha

Kegiatan akuntansi harus dilandasi prinsip bahwa bisnis harus tetap bisa berjalan demi mencapai tujuannya. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai prinsip kesinambungan usaha.

Dengan demikian, maka perusahaan harus merinci secara detail ancaman atau risiko keuangan yang mungkin akan memengaruhi bisnisnya di masa depan.

7. Prinsip Akuntansi Kecocokan

Prinsip kecocokan (matching) memberi pemahaman bahwa harus ada konsistensi dalam pencatatan keuangan. Sebagai contoh, perusahaan baru bisa mencatat pengeluaran dan biaya yang digelontorkan untuk menghasilkan pendapatan serta pendapatan yang dihasilkan jika keduanya terjadi di satu periode yang sama.

8. Prinsip Akuntansi Pengakuan Pendapatan

Prinsip pengakuan pendapatan menjelaskan bahwa pendapatan bisa dilaporkan di dalam pembukuan ketika diperoleh, baik pembayaran itu dilakukan saat ini atau di lain waktu.

9. Prinsip Akuntansi Materialitas

Prinsip satu ini memungkinkan akuntan untuk tidak mengikuti atau melanggar prinsip akuntansi lainnya tergantung situasi dan kondisi yang dialami.

Selain itu, prinsip ini juga bisa menentukan apakah laporan keuangan yang disusun bisa dikoreksi atau disajikan ulang.

10. Prinsip Akuntansi Konsistensi

Dalam akuntansi, konsisten artinya penerapan standar akuntansi yang tidak berubah-ubah dan sinambung kecuali jika terdapat alasan lain yang dapat dibenarkan. Hal ini dilakukan agar informasi keuangan yang terdapat di dalam akuntansi tidak bersifat bias dan menyesatkan.

Mengenal Rumus Persamaan Dasar Akuntansi

Selain memiliki prinsip dan standar yang berlaku, akuntansi juga memiliki satu persamaan dasar yang perlu dipatuhi akuntan ketika melakukan pembukuan, yakni persamaan dasar akuntansi. Lantas, apa pentingnya persamaan dasar ini di dalam akuntansi?

Secara garis besar, konsep akuntansi mengatakan bahwa hubungan ekonomi yang terjadi di dalam perusahaan melibatkan tiga faktor utama, yakni aset atau kekayaan (aktiva), kewajiban atau liabilitas (pasiva), dan modal yang dimiliki oleh perusahaan (ekuitas).

Dalam hal ini, kekayaan atau aset perusahaan bisa didapatkan baik dari utang maupun modal yang dimiliki perusahaan. Sehingga, nilai aktiva sebuah perusahaan harus setara dengan utang ditambah modal. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai persamaan dasar akuntansi.

Jika diturunkan ke dalam sebuah formulasi matematis, maka rumus persamaan dasar akuntansi adalah sebagai berikut:

Aktiva = Pasiva + Modal

Persamaan ini mampu menjelaskan secara logis bahwa setiap aset yang dimiliki perusahaan berasal dari sumber yang berbeda-beda, baik itu dalam bentuk modal maupun utang. Persamaan ini pun mendasari sistem pencatatan akuntansi yang dilakukan secara sistem dua entri (double entry). Berikut adalah contoh pencatatan berdasarkan sistem double entry. 

Contoh Pencatatan Akuntansi Double Entry

Di samping itu, persamaan ini juga menjelaskan bahwa seluruh transaksi yang dicatat perusahaan akan selalu berpengaruh terhadap kekayaan, kewajiban, dan ekuitasnya.

Akuntansi Adalah Proses yang Memiliki Dua Metode Pencatatan

Selain berdasarkan persamaan dasar, pencatatan akuntansi juga didasarkan oleh dua metode pencatatan. Kedua metode pencatatan harus dilakukan secara konsisten oleh perusahaan, dalam artian perusahaan harus mengadopsi satu metode pencatatan secara terus menerus.

Lantas, apa saja dua jenis metode pencatatan akuntansi yang dikenal secara umum?

1. Metode Pencatatan Berbasis Kas (Cash Basis)

Metode pencatatan berbasis kas adalah sebuah metode di mana pencatatan baru dilakukan jika benar-benar terdapat perpindahan kas. Dengan kata lain, biaya baru bisa diakui dan dicatat jika perusahaan menggelontorkan kas sementara transaksi masuk baru bisa diakui jika perusahaan benar-benar sudah menerima kas.

Melalui pendekatan ini, perusahaan mendapatkan gambaran langsung dan jelas mengenai arus kas yang terjadi selama ini. Sayangnya, pendekatan ini tidak memberikan gambaran langsung mengenai kesehatan finansial perusahaan dalam jangka panjang lantaran mengabaikan transaksi yang bakal terjadi di masa depan.

2. Metode Pencatatan Berbasis Akrual (Accrual Basis)

Cukup kontras dengan metode pencatatan berbasis kas, metode pencatatan berbasis akrual adalah pendekatan di mana perusahaan akan mencatat transaksi keuangan ketika transaksi itu terjadi, terlepas dari kapan perusahaan akan menerima atau mengeluarkan dana dari transaksi tersebut.

Dengan kata lain, di dalam metode ini, perusahaan sudah mengakui pendapatan ketika transaksi dilakukan meski finalisasi pembayarannya terjadi di masa depan. Sementara itu, perusahaan juga akan mencatat transaksi biaya jika terjadi pada periode saat ini meski pelunasan kewajibannya terjadi di lain waktu.

Dibandingkan metode cash basis, metode pencatatan berbasis akrual dianggap memberikan gambaran komprehensif mengenai kinerja keuangan perusahaan. Pasalnya, pencatatan ini juga mengakui arus kas yang akan diterima di perusahaan di masa depan.

Mengenal Siklus Akuntansi: Pengertian dan Tahapan Prosesnya

Akuntansi adalah sebuah proses yang dilakukan secara sistematis dari awal hingga akhir agar bisa memberikan informasi keuangan yang berkualitas. Dalam hal ini, urutan proses pencatatan tersebut dari permulaan hingga menjadi laporan yang dapat dimengerti oleh pemangku kepentingan disebut sebagai siklus akuntansi.

Namun, seperti apa tahapan-tahapan dan urutan siklus akuntansi? Berikut penjelasannya.

1. Identifikasi Transaksi

Dalam tahapan ini, seorang akuntan mesti mampu melacak setiap transaksi yang terjadi dan mencatatnya secara detail. Pencatatan tersebut wajib dilakukan dengan teliti, hati-hati, dan objektif karena proses awal ini akan sangat menentukan informasi-informasi keuangan yang tersaji di tahapan siklus akuntansi berikutnya.

Dalam tahapan ini, akuntan biasanya akan memeriksa seluruh bukti transaksi, faktur, kuitansi yang nantinya akan dilampirkan juga sebagai lembar dokumentasi.

2. Analisis Transaksi

Dalam tahapan ini, akuntan akan memeriksa kembali seluruh transaksi yang dilakukan perusahaan. Adapun salah satu poin pemeriksaan mencakup pengecekan di sisi pencatatan debit dan kredit mengingat pencatatan akuntansi umumnya dilakukan dengan sistem dua entri.

3. Pencatatan Transaksi Keuangan Perusahaan

Jika memang pengecekan dirasa sudah benar, maka akuntan bisa melakukan pencatatan transaksi keuangan ke dalam jurnal. Dengan kata lain, proses ini juga bisa disebut sebagai penjurnalan.

Penjurnalan ini pun perlu dilakukan dengan saksama dan teliti. Jika ada kesalahan, maka akuntan pun perlu mengulangi prosesnya sejak awal.

4. Pembukuan di Buku Besar

Buku besar kerap disebut sebagai salah satu elemen krusial dalam akuntansi. Ia adalah sebuah sarana yang berisikan seluruh transaksi keuangan perusahaan mencakup transaksi pembelian, penjualan, dan transaksi kas.

Dalam buku besar, setiap transaksi akan dikategorikan dan diberi nomor sesuai dengan akunnya masing-masing. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pelacakan dan proses identifikasi transaksi. Susunan yang terdapat di buku besar pun nantinya akan menjadi pijakan bagi akuntan dalam menyusun laporan keuangan.

5. Penyusunan Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian

Setelah memasukkan seluruh data-data ke buku besar, akuntan kemudian bisa menyusun neraca saldo. Asal tahu saja, neraca saldo adalah laporan akuntansi yang mencantumkan saldo di setiap akun yang terdapat di buku besar yang disusun menjadi kolom debit dan kredit yang nilainya harus sama satu sama lain.

Jika kolom debit dan kredit neraca saldo seimbang, maka artinya akuntan tidak mengalami kesalahan dalam pencatatan. Namun, jika keduanya tidak setara, maka itu mengindikasikan bahwa terdapat kekeliruan dalam pembukuan.

Selain itu, patut diingat bahwa beban dan pendapatan perusahaan di neraca saldo kadang masih dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di masa lampau. Oleh karenanya, agar perusahaan bisa mencatat pendapatan dan beban yang terjadi di periode seharusnya, maka perusahaan wajib menyusun jurnal penyesuaian.

6. Penyusunan Neraca Saldo Penyesuaian

Setelah itu, akuntan kemudian bisa menyusun neraca saldo penyesuaian, yakni daftar dari seluruh akun dan saldo yang terdapat di buku besar yang berasal dari entri-entri yang sudah disesuaikan berdasarkan periode akuntansinya.

7. Penyusunan Laporan Keuangan

Kemudian, akuntan pun bisa mulai menyusun laporan keuangan. Dalam akuntansi, umumnya terdapat empat jenis laporan keuangan yaitu laporan laba/rugi, laporan arus kas, laporan perubahan modal, dan laporan neraca.

8. Penyusunan Jurnal Penutup

Dalam tahapan akhir siklus akuntansi ini, akuntan akan menyusun jurnal penutup yakni jurnal yang disusun pada akhir periode akuntansi untuk menutup akun-akun nominal sementara, misalnya nilai pendapatan dan beban, ikhtisar laba/rugi, dan prive.

Pada tahapan ini, akuntan akan "menutup" seluruh akun-akun nominal sementara tersebut ke angka nol. Hal ini bertujuan agar perusahaan bisa lebih mudah mengevaluasi seluruh prestasi keuangan yang diraih di periode tersebut. Di samping itu, kegiatan ini pun akan membantu perusahaan untuk memulai siklus akuntansi berikutnya.

Siapa Saja Pihak-pihak yang Memanfaatkan Informasi Akuntansi?

Akuntansi adalah sebuah proses yang memberikan informasi keuangan secara akurat. Hal ini tentunya sangat bermanfaat bagi perusahaan dalam menentukan langkah bisnisnya. Namun, selain itu, terdapat pihak-pihak lain yang juga memanfaatkan informasi keuangan yang dihasilkan oleh proses akuntansi.

1. Manajemen Perusahaan

Pihak yang paling dimanfaatkan atas informasi akuntansi tentunya adalah jajaran manajemen perusahaan.

Pasalnya, dari informasi tersebut, manajemen bisa menyusun pertimbangan-pertimbangan bisnis ke depan, misalnya mengkaji ruang efisiensi belanja, perencanaan bisnis, atau langkah-langkah yang bisa memperbaiki profitabilitas perusahaan ke depan.

Di samping itu, manajemen perusahaan juga bisa menggunakan catatan pembukuan keuangan sebagai bukti pertanggungjawabannya ke pemilik perusahaan.

Oleh karenanya, akuntansi bisa disebut sebagai bukti transparansi manajemen perusahaan atas kinerja perusahaannya di dalam satu periode tertentu.

2. Kreditor, Pemberi Modal, dan Pemilik Perusahaan

Selain itu, informasi akuntansi juga bermanfaat bagi pemilik perusahaan. Pasalnya, melalui data-data pembukuan, pemilik perusahaan bisa meninjau kinerja perusahaannya serta menaksir potensi keuntungan yang bisa ia raih di masa depan.

Tak ketinggalan, informasi-informasi tersebut pun menyediakan manfaat bagi pihak pemberi modal (investor) dan pemberi pinjaman (kreditor).

Bagi investor, informasi akuntansi juga bermanfaat untuk menentukan prospek imbal hasil yang bisa ia dapat di masa depan. Ia akan melakukan pengambilan keputusan, apakah akan menambah atau mengurangi investasinya di perusahaan yang dimaksud.

Sementara itu bagi kreditor, informasi akuntansi digunakan untuk mengevaluasi apakah pinjaman yang diberikan benar-benar bisa menghasilkan prestasi keuangan bagi perusahaan.

Dari data-data tersebut, kreditor nantinya bisa menganalisis kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajibannya sesuai perjanjian yang disepakati.

3. Instansi Pemerintah

Tidak hanya pemangku kepentingan, pemerintah pun rupanya memanfaatkan informasi akuntansi dari sebuah perusahaan. Dalam hal ini, biasanya pemerintah akan menganalisis informasi akuntansi untuk menentukan pajak penghasilan (PPh) yang perlu dibayarkan perusahaan.

4. Masyarakat Umum

Masyarakat umum akan sangat memanfaatkan informasi akuntansi, khususnya laporan keuangan sebuah perusahaan, apalagi ketika perusahaan tersebut sudah menawarkan sahamnya di bursa saham.

Dengan mengkaji laporan keuangan perusahaan terbuka, masyarakat bisa menentukan prospek bisnisnya di masa depan, nilai dividen yang bakal diterima, dan menakar prospek harga sahamnya di masa depan untuk mendapatkan capital gain.

Selain itu, dengan menganalisis kinerja keuangan sebuah perusahaan, masyarakat juga mampu menentukan keputusan investasi berikutnya.

Apa Saja Jenis Akuntansi?

Akuntansi adalah sebuah kegiatan dengan cakupan sangat luas mengingat akuntansi bisa diimplementasikan di seluruh perusahaan apapun sektornya.

Selain itu, akuntansi pun memiliki beberapa jenis konsentrasi, di mana masing-masing kegiatan pembukuan memiliki fokus dan objektifnya tersendiri.

Berikut ini adalah contoh ragam jenis pekerjaan akuntansi yang didasarkan atas fokus pekerjaannya.

1. Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan adalah jenis akuntansi berfokus pada penyusunan laporan keuangan.

Seperti yang sudah disebut sebelumnya, laporan keuangan pada umumnya terdiri atas laporan laba/rugi, laporan perubahan modal, laporan neraca, dan laporan arus kas.

2. Akuntansi Manajemen

Kemudian, terdapat jenis akuntansi lain bernama akuntansi manajemen.

Akuntansi manajemen sendiri adalah sebuah jenis akuntansi yang menitikberatkan pada penyediaan informasi keuangan dan non-keuangan bagi jajaran manajemen perusahaan.

Manajemen pun kemudian bisa menggunakan informasi-informasi tersebut untuk mengambil keputusan internal.

3. Akuntansi Biaya

Berbeda dengan dua jenis akuntansi sebelumnya, akuntansi biaya adalah jenis akuntansi yang berfokus pada pencatatan dan analisis produksi barang dan jasa. Berdasarkan informasi dari akuntansi biaya, perusahaan bisa menentukan harga pokok produksi (HPP), efisiensi biaya produksi, dan menetapkan harga jual produk barang atau jasa yang dihasilkan.

4. Akuntansi Forensik

Jenis akuntansi satu ini berfokus pada investigasi dan audit khusus sebuah pembukuan keuangan. Hal ini bertujuan untuk melacak, mendeteksi, mencegah, dan menjelaskan potensi fraud atau tindakan kriminal keuangan di sebuah perusahaan.

5. Akuntansi Publik

Akuntansi publik adalah jenis akuntansi yang umumnya disediakan oleh kantor akuntan publik (KAP). Dalam hal ini, lembaga tersebut akan memberikan jasa akuntansi kepada pihak eksternal dengan layanan meliputi jasa audit, peninjauan laporan keuangan, dan jasa konsultasi.

Efektifkan Pembukuan Anda dan Tutup Buku Dua Kali Lebih Cepat dengan Aspire!

Akuntansi adalah sebuah proses yang mesti dilakukan oleh perusahaan baik dari skala kecil hingga skala besar. Namun, perusahaan skala kecil atau perusahaan yang masih berada di fase rintisan kadang masih kesulitan dalam melakukannya.

Ada kalanya, perusahaan tidak mencatat seluruh transaksi yang terjadi dalam satu periode tertentu karena perusahaan belum memiliki standar operasional dan prosedur (SOP) yang mumpuni.

Selain itu, manajemen perusahaan mungkin masih belum memiliki kendali penuh dalam mengawasi seluruh pengeluaran yang terjadi di perusahaannya.

Seluruh risiko-risiko tersebut nantinya akan berdampak ke durasi yang dibutuhkan perusahaan dalam melakukan pembukuan. Dengan kata lain, proses identifikasi hingga penjurnalan bisa berjalan sangat lama lantaran perusahaan harus melakukan pengecekan transaksi berulang-ulang.

Hal ini mungkin juga terjadi kepada Anda yang baru merintis bisnis. Namun, seluruh risiko tersebut bisa Anda minimalkan dan Anda pun bisa menutup buku lebih cepat jika menggunakan fitur manajemen biaya di Aspire!

Melalui fitur manajemen biaya di Aspire, Anda bisa melakukan manajemen biaya secara menyeluruh di satu tempat saja.

Dengan kata lain, Anda bisa menetapkan anggaran, mendelegasikan tim Anda untuk melakukan transaksi, dan mengawasinya secara real-time hanya dengan di Aspire saja.

Di samping itu, Anda juga bisa mengatur lapisan persetujuan agar pengeluaran Anda pun bisa sesuai dengan anggaran yang ditetapkan. Dengan manajemen biaya yang lebih terkontrol, maka Anda pun tak perlu lagi terkejut dengan pembayaran yang membengkak di akhir bulan.

Setelah itu, Anda juga bisa mengintegrasikan seluruh catatan transaksi Anda dengan aplikasi akuntansi favorit Anda, mulai dari Xero, Jurnal, Quickbooks, dan lainnya. Sehingga, Anda pun bisa mengurangi risiko kesalahan pencatatan dan bisa tutup buku dua kali lebih cepat dari biasanya.

Aspire sendiri sudah dipercaya oleh lebih dari 15.000 bisnis di seluruh dunia sehingga keandalannya pun tak perlu diragukan lagi.

BAGIKAN ARTIKEL INI
Galih Gumelar
adalah penulis ulung dengan spesialisasi di makroekonomi, bisnis, keuangan, dan politik. Berbekal pengalaman menulis di CNN Indonesia, The Jakarta Post, dan organisasi kenamaan lainnya, Galih menggunakan keahliannya dalam menulis wawasan yang bermanfaat bagi mereka yang ingin memulai usaha.
Mengoptimalkan operasi keuangan Anda dengan Aspire
Temukan bagaimana Aspire dapat membantu Anda mempercepat proses keuangan dari awal hingga akhir mulai dari pembayaran hingga manajemen pengeluaran
Hubungi Sales