Perusahaan: Platform Karir Teratas Di Singapura Untuk Para Tech Talent
NodeFlair didirikan pada tahun 2018, dan berhasil menjadi sebuah âtech career superappâ yang mampu memberdayakan para profesional di bidang teknologi, untuk mengembangkan karir dengan menggunakan informasi akan gaji, review, dan insight yang tersedia secara transparan. Hingga kini, tim NodeFlair masih memperjuangkan misi mereka dalam membantu para tech talent di Asia. Tak hanya untuk mendapatkan pekerjaan impian, juga untuk membuat keputusan yang tepat dalam meniti karir.
Tantangan: Masalah Keamanan Dan Rekonsiliasi Mulai Muncul
Di industri teknologi yang terus membutuhkan talenta baru, NodeFlair hadir dan menjadi solusi. Namun di balik itu, ternyata tim internal Nodeflair menghadapi permasalahan tersendiri dalam hal operasional keuangan perusahaan mereka. Masalah keamanan menjadi kekhawatiran utama, karena mereka menggunakan hanya satu kartu kredit untuk seluruh timnya. Saat tim NodeFlair terus bertambah, mereka juga mulai kesulitan dalam proses rekonsiliasi kuitansi secara manual.
#1 Para karyawan tidak memiliki âpurchasing powerâ
Karyawan NodeFlair memiliki ketergantungan yang berlebihan pada CEO-nya untuk memperoleh detail kartu kredit dan informasi OTP. Bayangkan saat satu kartu kredit digunakan oleh 10 orang anggota tim. Akibatnya, sebuah proses pembelian atau pembayaran yang simpel pun membutuhkan waktu 30 hingga 60 menit. Dalam sebuah tim kecil, hal ini masih bisa ditolerir, tapi akan lebih sulit dan memakan waktu ketika tim mulai bertambah besar.
#2 Timbulnya masalah keamanan dan pengeluaran
Selain terbuangnya waktu, muncullah masalah keamanan. Membagikan detail kartu kredit memang berisiko tinggi, karena informasi sensitif tersebut dapat tersebar ke pihak yang tidak semestinya. Hal ini akan mendatangkan berbagai ancaman finansial yang dapat menghabiskan sumber daya keuangan perusahaan. Untuk perusahaan Startup muda dan potensial seperti NodeFlair, ancaman ini bisa menggagalkan usaha yang susah payah mereka bangun sejak tahun 2018.
Selain masalah keamanan, rekening bank mereka pun tidak mencatat spending secara real-time.
Hal ini menjadi sesuatu yang problematis karena sejumlah alasan. Pertama, sebagai perusahaan berbasis teknologi, NodeFlair sangat bergantung pada sejumlah langganan software dan layanan agar semua kegiatan dapat berjalan lancar. Layanan berlangganan ini membutuhkan pembayaran yang tepat waktu setiap bulan, agar dapat terhindar dari gangguan. Sederhananya, bila ada software yang terhenti, tim NodeFlair tidak dapat melakukan pekerjaannya.
Alasan kedua, akan sulit untuk merencanakan dan mencatat pengeluaran. Seringkali, mereka menghadapi kejutan tidak menyenangkan saat menerima invoice yang menyatakan mereka telah over-budget. Saat hal tersebut terjadi, sudah terlambat untuk membatalkan pembayaran atau mengubah sesuatu. Tidak ada keselarasan antara biaya yang dibutuhkan perusahaan dan berapa yang sebenarnya mereka belanjakan. Akibatnya, cash flow menyempit dan budget forecast pun seringkali tidak tepat.
#3 Rekonsiliasi kuitansi secara manual
Penggunaan kartu perusahaan bersama mengakibatkan peningkatan pengeluaran yang tidak teridentifikasi. Tim keuangan harus meluangkan waktu berjam-jam untuk mencocokkan pengeluaran yang relevan dengan setiap tim. Pada saat yang sama, mereka harus memastikan bahwa setiap pengeluaran sesuai dengan kebijakan pengeluaran NodeFlair. Hal ini memakan waktu sekitar 30 menit untuk identifikasi dan pemrosesan manual setiap klaim atau faktur pemasok.
Masalah juga muncul saat ada karyawan yang membuat keputusan pembelian yang tidak disetujui dengan menggunakan dana pribadi. Akibatnya, pengeluaran tersebut tidak dapat di-reimburse, sehingga akan berefek negatif pada semangat anggota tim.
âSaat tim NodeFlair terus berkembang, semakin terbukti bahwa proses manual yang selama ini mereka terapkan tidak dapat mengakomodir pertumbuhan perusahaan. Tujuan tim finance pun kini semakin jelas, bahwa mereka harus segera menerapkan otomatisasi.