Perusahaan: Perusahaan ed-tech berbasis di Jakarta dengan ambisi internasional
Sejak didirikannya pada tahun 2017, Schoters bertujuan untuk memenuhi impian banyak generasi muda Indonesia - yaitu dengan membantu calon siswa dari Indonesia diterima di berbagai perguruan tinggi impian mereka yang tersebar di penjuru dunia. Untuk membantu para calon siswa tersebut, Schoters menawarkan layanan kursus bahasa, bantuan pendaftaran ke perguruan tinggi, serta membantu calon siswa mencari akomodasi.
Sejak didirikan, startup yang memfokuskan diri di bidang edukasi tersebut, telah membantu ribuan siswa Indonesia mendapatkan tempat di 400 perguruan tinggi tujuan mereka yang tersebar di 43 negara, termasuk diantaranya Harvard University, Cornell University, dan Nanyang Technological University.
Tantangan: Pilihan layanan keuangan yang terbatas dan mahal untuk perusahaan global
#1 Kartu perusahaan kurang fleksibel untuk tim jarak jauh Schoters yang tanpa batas
500 anggota tim Schoters bekerja secara remote, tak hanya dari berbagai daerah di Indonesia, namun juga dari berbagai negara bagian di dunia. Hal ini tentunya menjadi tantangan ketika anggota tim harus melakukan transaksi / pembelanjaan perusahaan, karena sulit untuk dimonitor. Untuk mengatasi hal ini, tim finance Schoters membutuhkan kartu kredit yang dapat disesuaikan dengan pertumbuhan jumlah team.
Namun, kartu korporat yang mereka gunakan terbatas karena tidak memungkinkan penggunaan instan dan beberapa pemegang kartu. Tanpa beberapa kartu untuk mengatur pengeluaran, karyawan harus menggunakan dana pribadi mereka dan mengajukan klaim di kemudian hari, sehingga menambah beban kerja tim keuangan.
#2 Problem dalam menetapkan dan mengelola anggaran di berbagai divisi
Salah satu tantangan dalam mengelola keuangan dari bisnis yang berkembang pesat adalah pengawasan terhadap budget dari berbagai divisi yang ada. Melihat model bisnis Schoters yang unik, divisi marketing dan operasional Schoters merupakan divisi dengan pengeluaran terbesar.
Karena alur kerja dan sistem klaim manual yang diterapkan Schoters, sulit untuk memantau berapa banyak pengeluaran dari kedua divisi tersebut. Selain itu karena kurang adanya kontrol real-time, maka sangat sulit bagi tim keuangan mereka untuk menemukan atau mencegah pengeluaran di luar budget pada setiap divisi ataupun proyek.
#3 Besarnya biaya FX
Salah satu transaksi yang sering terjadi dari model bisnis Schoters adalah pembayaran kepada vendor di luar negeri untuk membantu pengaturan akomodasi calon siswa mereka. Akibatnya, jumlah transaksi dalam valuta asing yang ada sangat tinggi dan Schoters menyadari besarnya biaya transaksi yang yang mereka keluarkan untuk transfer internasional. Tim Schoters pun memerlukan alternatif untuk mengurangi biaya transaksi internasional yang besar sehingga mereka dapat memaksimalkan profit perusahaan.