Kurs Adalah: Mengenal Definisi, Jenis, dan Pengaruhnya bagi Bisnis
Kurs adalah faktor penting dalam kegiatan ekonomi terbuka saat ini. Tanpa kehadiran kurs, masyarakat akan kesulitan dalam memenuhi barang dan jasa yang berasal dari luar negeri. Selain itu, kurs ternyata juga bisa memengaruhi prestasi bisnis sebuah perusahaan.
Ketahui lebih lanjut mengenai seluk-beluk kurs, mulai dari pengertian, jenis-jenisnya, dan faktor pengaruhnya di artikel berikut!
Apa Itu Kurs?
Kurs adalah harga atau nilai mata uang suatu negara yang diperbandingkan atau diukur dalam mata uang negara lain. Nilai ini kemudian menjadi patokan bagi masyarakat ketika ingin menukarkan mata uang miliknya ke mata uang negara lain atau sebaliknya.
Oleh karenanya, kurs juga sering disebut sebagai nilai tukar mata uang atau nilai tukar valuta asing (valas) karena ia adalah alat yang menerjemahkan harga suatu mata uang terhadap mata uang asing.
Mengenal Sistem Kurs atau Nilai Tukar
Pada umumnya, nilai kurs dibentuk dari mekanisme permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar valas. Sebagai dampaknya, nilai kurs berubah setiap waktu tergantung dengan permintaan dan penawaran yang berlaku pada saat itu.
Namun, terdapat pula beberapa kasus di mana sebuah negara menentukan nilai tukarnya secara sendiri. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, berikut adalah berbagai sistem kurs yang dianut negara-negara di seluruh dunia.
1. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate)
Sistem kurs mengambang adalah sebuah kebijakan di mana nilai mata uang sebuah negara terhadap mata uang asing murni ditentukan oleh mekanisme penawaran dan permintaan.Â
Dengan kata lain, penentuan kurs itu seharusnya bebas dari intervensi pemerintah atau bank sentral.
2. Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Rate Exchange)
Secara teorinya, penentuan kurs valuta asing melalui sistem mengambang seharusnya lepas dari pengaruh pemerintah atau bank sentral.
Namun pada kenyataanya, meski menganut sistem kurs mengambang, sejumlah negara masih memberi wewenang kepada pemerintah atau bank sentral untuk mengintervensi kurs jika nilai tukar mata uangnya berubah secara ekstrem. Gabungan antara sistem kurs mengambang dan pengendalian pemerintah inilah yang kemudian disebut sebagai sistem kurs mengambang terkendali.
Kebijakan ini ditujukan agar nilai mata uang tetap merefleksikan kondisi pasar valas yang sebenarnya, namun diharapkan tidak akan menimbulkan masalah terhadap kegiatan ekspor-impor dan neraca pembayaran jika kurs tersebut terjun bebas.
3. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Sistem kurs tetap adalah rezim di mana nilai tukar mata uang suatu negara terhadap mata uang lain ditentukan oleh kebijakan pemerintah. Dengan demikian, sistem kurs ini merupakan kebalikan dari sistem kurs mengambang.
Mekanismenya, ketika kurs naik atau turun, pemerintah akan melakukan beragam upaya untuk mengembalikannya ke nilai yang telah ditetapkan.
Jika kurs melemah, maka pemerintah akan membeli valuta asing menggunakan cadangan devisa demi menstabilkan nilai tukar tersebut. Namun jika kurs menguat, maka pemerintah akan menjual valas yang dimilikinya demi meningkatkan suplai mata uang asing di pasar valas agar kurs bisa kembali ke posisi semula.
Salah satu kelebihan sistem kurs ini adalah mampu memberi kestabilan kurs kepada pelaku ekonomi sehingga seluruh kegiatan ekonomi, misalnya ekspor dan impor, tetap bisa berjalan dengan lancar.
Tetapi, sistem ini juga memiliki kelemahan. Negara penganut sistem ini wajib memiliki cadangan devisa besar agar mampu melakukan intervensi pasar valas demi meredam fluktuasi kurs.
Adapun contoh kurs tetap adalah sistem nilai tukar yang dianut Indonesia antara 1970 hingga 1978. Pada masa tersebut, Indonesia menetapkan nilai tukar Rp250 untuk setiap US$1.
Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing
Secara alamiah, kurs adalah sebuah patokan yang nilainya terus berubah-ubah terlepas dari sistem kurs yang dianut sebuah negara. Namun pertanyaannya, apa saja faktor-faktor yang bisa memengaruhi perubahan kurs?
1. Inflasi
Tinggi rendahnya inflasi di sebuah negara sangat menentukan nilai tukar mata uangnya dengan mata uang asing.
Jika sebuah negara mengalami inflasi rendah, maka ia pun mampu menciptakan barang dan jasa yang efisien. Akibatnya, negara tersebut bisa meningkatkan daya saing barang dan jasanya di pasar global.
Semakin tinggi permintaan ekspor, maka semakin besar pula permintaan atas mata uang domestik. Pada akhirnya, kenaikan permintaan itu akan menguatkan nilai tukar mata uangnya terhadap mata uang negara lain.
Kondisi sebaliknya terjadi jika inflasi tinggi. Pasalnya, permintaan barang dan jasa di luar negeri yang lesu akan menurunkan permintaan mata uang domestik, sehingga kurs pun bakal ikut melemah.
2. Suku Bunga
Perubahan suku bunga acuan juga sangat memengaruhi pergerakan nilai tukar.
Pada umumnya, investor asing akan tertarik menanamkan modalnya di instrumen bebas risiko, seperti obligasi pemerintah, jika negara tersebut memiliki suku bunga acuan tinggi. Pasalnya, tingkat suku bunga tinggi ikut mendongkrak imbal hasil instrumen-instrumen tersebut.
Kuatnya minat investasi tersebut pada akhirnya akan meningkatkan permintaan mata uang domestik dan memperkuat kurs.
Sementara itu, suku bunga acuan rendah akan membuat investor ragu-ragu untuk berinvestasi di sebuah negara karena suku bunga rendah akan membuat imbal hasil instrumen investasi dalam negeri menjadi kurang menarik.
3. Neraca Perdagangan
Aktivitas ekspor dan impor suatu negara juga bisa menentukan perubahan kurs.
Jika sebuah negara mengalami surplus neraca perdagangan, maka artinya permintaan mata uang domestik juga ikut meningkat. Hal itu pada akhirnya bisa memperkuat kurs.
Namun, jika sebuah negara mengalami defisit neraca perdagangan, maka kemungkinan besar negara tersebut membutuhkan lebih banyak valuta asing untuk mengimpor barang dan jasa sehingga kurs pun ikut melemah.
4. Neraca Pembayaran
Posisi neraca pembayaran surplus menandakan bahwa penerimaan uang ke dalam sebuah negara lebih besar dibanding uang yang keluar dari negara tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan mata uang domestik tengah meningkat, sehingga kurs pun ikut menguat.
Sebaliknya, posisi neraca pembayaran defisit mencerminkan bahwa arus keluar uang dari sebuah negara lebih besar dari penerimaannya. Kondisi itu menandakan peningkatan permintaan valuta asing sehingga kurs pun melemah.
5. Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah juga berdampak pada permintaan dan penawaran mata uang sebuah negara.
Sebagai contoh, kebijakan pembatasan impor dalam bentuk kenaikan bea masuk dan tarif impor tentu menyusutkan permintaan atas barang impor dari sebuah negara. Alhasil, negara tersebut pun bisa mengurangi ketergantungannya atas valuta asing.
Semakin sedikit permintaan domestik akan valuta asing, maka semakin kuat pula kurs mata uang negara tersebut.
Apa Saja Jenis-jenis Kurs?
Kurs adalah sebuah nilai patokan yang bermanfaat bagi kegiatan ekonomi di sebuah negara. Namun, kurs juga terdiri dari beragam jenis yang didasarkan pada kegunaannya.
Lantas, apa saja jenis-jenis kurs yang dimaksud?
1. Kurs Jual
Kurs jual adalah nilai tukar yang dipergunakan oleh seseorang untuk menukarkan mata uangnya ke mata uang asing.
Istilah kurs jual dipergunakan karena nilainya adalah patokan bagi pedagang valas, seperti money changer dan bank, ketika menjual sebuah valuta asing ke masyarakat.
Sebagai contoh, Tuan A ingin menunaikan ibadah umrah, sehingga ia membutuhkan mata uang Riyal Arab Saudi untuk memenuhi kebutuhannya di Tanah Suci. Dengan demikian, ia pun menukarkan mata uang Rupiah ke Riyal Arab Saudi ke pedagang valas.
Dalam hal ini, pedagang valas akan memberikan Riyal Arab Saudi ke Tuan A sesuai kurs jual yang berlaku saat itu.
2. Kurs Beli
Sementara itu, kurs beli adalah nilai tukar yang digunakan oleh sebuah pihak ketika ingin menukarkan mata uang asing ke mata uang lokal.
Kurs ini disebut kurs beli karena nilainya menjadi patokan bagi pedagang valas untuk membeli valuta asing dari pihak lain.
3. Kurs Tengah
Kurs tengah adalah kurs yang merupakan rata-rata antara kurs jual dan kurs beli. Kurs ini biasanya digunakan sebagai referensi nilai tukar serta digunakan pelaku bisnis untuk menyusun laporan keuangan dan pelaporan pajak.
Mengapa Pelaku Bisnis Perlu Memahami Nilai Tukar Mata Uang Asing?
Bagi pelaku bisnis, khususnya bagi mereka yang sudah berekspansi secara internasional, kurs adalah elemen penting dalam berbisnis. Pasalnya, fluktuasi kurs sangat memengaruhi performa finansialnya, khususnya pendapatan dan beban.
Lantas, seperti apa pengaruh kurs terhadap pendapatan dan pengeluaran bisnis?
1. Pengaruh Perubahan Kurs ke Pengeluaran
Perubahan kurs memengaruhi komponen biaya sebuah perusahaan melalui berbagai aspek.
Sebagai contoh, perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor tentu membutuhkan valuta asing untuk membelinya. Dalam hal ini, jika kurs mata uang domestik terhadap valuta asing sedang melemah, maka ia pun harus membayar biaya bahan baku yang lebih tinggi jika diukur dalam mata uang lokal. Begitu pun sebaliknya.
Karena fluktuasi kurs sangat berpengaruh terhadap besaran pengeluaran, maka perusahaan harus mencari cara untuk mengendalikan dampak negatifnya.
2. Pengaruh Perubahan Kurs ke Pendapatan
Tak hanya itu, perubahan kurs juga memiliki dampak terhadap besaran pendapatan perusahaan.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan memiliki barang atau jasa berorientasi ekspor, maka pelemahan kurs sesungguhnya bisa berdampak positif bagi pendapatannya. Pasalnya, pendapatan yang diterima dalam bentuk mata uang asing akan bernilai lebih besar jika dikonversi ke dalam mata uang domestik.
Transaksi Valas dengan Tarif Kurs Rendah dengan Aspire!
Bagi perusahaan berskala internasional, fluktuasi kurs adalah hal yang perlu diperhatikan dalam berbisnis. Sebab, semakin luas cakupan operasionalnya, maka semakin sering pula mereka melakukan pembayaran dalam valuta asing. Terlebih, perubahan Rp1 saja pada kurs bisa sangat memengaruhi kinerja keuangan mereka secara signifikan.
Namun, pembayaran dalam valuta asing bisa menjadi beban bagi keuangan apabila mereka terus menukarkan mata uang domestik dengan tarif kurs yang mahal. Jika Anda adalah salah satu pebisnis yang mengalami kendala tersebut, maka Anda tak perlu khawatir. Sebab, Anda bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan Pembayaran Internasional Aspire!
Pembayaran Internasional Aspire memungkinkan Anda untuk melakukan pembayaran internasional melalui lebih dari 30 mata uang ke lebih dari 130 negara. Anda bisa melakukan pembayaran tersebut dengan tarif kurs tiga kali lebih murah dibandingkan kurs bank konvensional. Tak ketinggalan, Anda juga tak akan dibebankan biaya tersembunyi, biaya pembukaan rekening, dan biaya pemeliharaan.