Perpajakan
December 26, 2024

Strategi Jitu Menghadapi Tarif PPN 12% untuk Bisnis

Ditulis oleh
Galih Gumelar
Terakhir diubah pada
December 26, 2024

Kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12% memunculkan tantangan baru bagi dunia bisnis. Sebagai pelaku bisnis, Anda perlu bersikap proaktif untuk mengelola dampaknya sekaligus menemukan peluang untuk beradaptasi. Dengan strategi yang tepat, kenaikan tarif PPN dapat menjadi momentum bagi bisnis untuk meningkatkan efisiensi dan tetap kompetitif di pasar.

Artikel ini akan mengulas berbagai strategi yang dapat membantu bisnis Anda dalam menghadapi kenaikan tarif PPN 12% dengan efektif. Simak selengkapnya pada pembahasan berikut ini.

Dampak PPN 12% untuk Bisnis

Sebagai pelaku bisnis, Anda tentu sudah mengetahui wacana pemerintah untuk menaikkan tarif PPN menjadi 12% dari nilai barang kena pajak (BKP) dan jasa kena pajak (JKP) di tahun 2025. Kebijakan yang  diatur dalam Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) Pasal 7 ayat 1 ini bertujuan  untuk meningkatkan pendapatan negara.

PPN merupakan pajak yang dikenakan atas konsumsi barang atau jasa di dalam negeri dan umumnya dibebankan kepada konsumen. Adanya kenaikan PPN dapat memengaruhi pola konsumsi dan daya beli masyarakat, sehingga berdampak juga pada sektor bisnis.

Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa dampak kenaikan PPN untuk bisnis yang perlu Anda ketahui.

1. Kenaikan Biaya Produksi dan Operasional

Kenaikan PPN dapat berimbas pada kenaikan harga bahan baku dalam proses produksi dan meningkatkan biaya produksi secara keseluruhan. Begitu juga biaya operasional bisnis perusahaan, misalnya gaji karyawan. Perusahaan mungkin perlu mengalokasikan anggaran tambahan yang dapat mengurangi margin keuntungan.

2. Penyesuaian Harga Jual

Adanya kenaikan harga bahan produksi dan operasional membuat bisnis, terutama pengusaha kena pajak (PKP), perlu menyesuaikan harga jual barang atau jasanya. Untuk beberapa kondisi, perusahaan mungkin harus menaikkan harga barang atau jasa agar tetap mendapatkan keuntungan. Namun pastikan untuk menyesuaikan harga dengan tepat supaya konsumen tetap melakukan pembelian.

3. Penurunan Daya Beli Konsumen

Kenaikan PPN 12% dapat memengaruhi pola konsumsi dan menurunkan daya beli konsumen. Konsumen mungkin akan memilih produk yang lebih murah sehingga menurunkan volume penjualan bisnis. Jika tidak diimbangi dengan strategi yang tepat, maka kelangsungan bisnis dapat terancam, terutama bagi usaha kecil dan menengah.

4. Peningkatan Persaingan Industri

Perusahaan perlu melakukan penyesuaian strategi bisnis agar tetap bisa menyediakan produk yang sesuai kebutuhan konsumen sekaligus mendapatkan keuntungan. Kompetisi antar pelaku usaha dalam satu industri pun akan semakin ketat, terutama dalam menekan biaya dan menawarkan nilai tambah kepada konsumen.

5. Penyesuaian Arus Kas

Perusahaan harus mengelola arus kas dengan lebih hati-hati untuk memenuhi perubahan tarif PPN setiap bulan. Kenaikan biaya produksi dan operasional dapat menyebabkan perusahaan menunda pembayaran kepada vendor atau kreditor. Hal ini dapat membuat likuiditas bisnis terganggu, terutama bagi bisnis kecil.

6. Kenaikan Beban Administrasi

Dengan tarif PPN yang lebih tinggi, perusahaan perlu meningkatkan akurasi pencatatan dan pelaporan pajak untuk mematuhi peraturan baru. Kenaikan tarif PPN juga akan membuat perhitungan pajak menjadi lebih kompleks dan memakan waktu. Hal ini dapat meningkatkan beban kerja administrasi dan biaya terkait seperti biaya software, akuntan, atau pelatihan karyawan.

Barang dan Jasa yang Terkena PPN 12%

Kenaikan PPN menjadi 12% tentu berdampak pada berbagai jenis barang dan jasa yang menjadi konsumsi sehari-hari. Secara umum, PPN 12% akan dikenakan pada hampir semua barang dan jasa kecuali beberapa pengecualian yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Berikut beberapa jenis barang dan jasa yang terkena PPN 12% beserta contohnya.

  1. Barang konsumsi, contohnya barang elektronik, pakaian, kendaraan bermotor, makanan dan minuman, dan perabot rumah tangga.
  2. Barang produksi, contohnya bahan baku industri, alat berat, mesin industri, peralatan konstruksi.
  3. Barang digital, contohnya software dan konten digital (musik, film, e-book)
  4. Jasa, contohnya jasa transportasi, komunikasi, keuangan, konsultansi, dan digital.

Barang dan Jasa yang Tidak Terkena PPN

Terdapat juga barang dan jasa yang dikecualikan dari PPN 12%, yaitu sebagai berikut:

  1. Barang pokok kebutuhan sehari-hari (beras, daging, ikan, telur, sayur, dan susu).
  2. Jasa kesehatan
  3. Jasa pendidikan formal
  4. Jasa keuangan dan asuransi.
  5. Jasa angkutan umum.
  6. Jasa pelayanan sosial.
  7. Jasa persewaan rumah susun sederhana.

Simulasi Cara Menghitung PPN 12% dan Dampaknya ke Bisnis

Kenaikan tarif PPN di atas kertas mungkin terlihat cukup kecil, yakni dari sebelumnya 11% menjadi 12% terhadap nilai dasar pengenaan pajak (DPP). Kendati demikian, secara realitas, kenaikan ini bisa meningkatkan beban usaha Anda secara signifikan.

Untuk lebih jelasnya, silakan simak simulasi cara menghitung PPN dan dampaknya ke pengeluaran bisnis seperti berikut:

Perusahaan A adalah produsen makanan ringan yang setiap bulannya membeli tepung jagung sebanyak 5 ton dengan harga beli Rp4.000 per kg sebelum PPN. Dengan kata lain, Perusahaan A harus mengeluarkan biaya Rp20 juta per bulan sebelum PPN untuk membeli bahan baku tersebut.

Berdasarkan data di atas, maka PPN yang perlu dibayar Perusahaan A untuk pembelian tepung jagung ketika tarif PPN masih sebesar 11% pada Desember 2024 adalah sebagai berikut:

Cara menghitung PPN Desember 2024 (1):

PPN = DPP x Tarif PPN

PPN = Rp20.000.000 x 11%

PPN = Rp2.200.000

Sebulan berikutnya, tepatnya Januari 2025, Perusahaan A masih berencana untuk membeli 5 ton tepung jagung. Harganya pun tidak berubah, yakni sebesar Rp4.000 per kg, sehingga nilai pembelian bahan baku tersebut pun tetap sama seperti sebulan sebelumnya, yaitu Rp20 juta.

Hanya saja, tarif PPN baru sebesar 12% rupanya sudah berlaku di Januari. Lantas, berapa besaran PPN yang perlu dibayar Perusahaan A atas pembelian tepung jagung?

Cara menghitung PPN Januari 2025 (2)

PPN = DPP x Tarif PPN

PPN = Rp20.000.000 x 12%

PPN = Rp2.400.000

Kemudian, Perusahaan A ingin mengetahui kenaikan asli dari kenaikan beban PPN yang timbul dari pembelian tepung jagung tersebut. Berikut adalah rumus yang digunakan oleh Perusahaan A.

Cara menghitung dampak kenaikan pajak ke bisnis

Kenaikan asli PPN = [(PPN (2) - PPN (1))/PPN (1)] x 100%

Kenaikan asli PPN = [(Rp2.400.000 - Rp2.200.000)/Rp2.200.000] x 100%

Kenaikan asli PPN = 0,09 x 100%

Kenaikan asli PPN = 9,09%

Dengan demikian, beban kenaikan PPN atas pembelian tepung jagung perusahaan A sebenarnya meningkat 9,09%, atau hampir 10% dari beban pajak sebelumnya. Jika diakumulasi dengan PPN dari pembelian barang kena pajak lainnya, maka kenaikan tersebut tentu akan sangat memengaruhi finansial perusahaan A.

Oleh karenanya, perusahaan A harus menjalankan berbagai strategi bisnis agar kondisi keuangannya tidak tertekan oleh kebijakan PPN 12%.

Strategi Bisnis Menghadapi Kenaikan PPN

Dalam menghadapi tarif PPN 12%, bisnis perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk meminimalkan dampak negatif. Berikut beberapa strategi yang dapat Anda terapkan dalam menghadapi kenaikan PPN.

1. Buat Strategi Penetapan Harga

Langkah pertama yang perlu Anda lakukan untuk menghadapi PPN 12% adalah membuat strategi penetapan harga. Buatlah analisis apakah kenaikan tarif PPN perlu dibebankan sepenuhnya kepada pelanggan, atau sebagian ditanggung oleh perusahaan. Jika Anda terlalu mematok harga yang tinggi, ada kemungkinan konsumen akan pergi dan penjualan menurun.

Dalam menentukan harga, Anda dapat menetapkan harga yang berbeda untuk masing-masing segmen pelanggan. Misalnya untuk segmen pelanggan yang sensitif terhadap harga, Anda mungkin perlu berhati-hati untuk menaikkan harga terlalu tinggi. Sedangkan untuk segmen pelanggan yang tidak terlalu sensitif akan harga, Anda bisa menetapkan harga yang lebih tinggi untuk mendapat margin keuntungan yang sesuai.

2. Lakukan Efisiensi Operasional

Selain dari segi harga, Anda juga perlu menyesuaikan operasional perusahaan dalam menghadapi kenaikan PPN 12%. Anda dapat mengurangi biaya produksi dengan mencari vendor atau supplier yang menawarkan harga lebih rendah, namun tidak menurunkan kualitas. Hindari menyimpan stok terlalu berlebihan agar mengurangi biaya penyimpanan dan meminimalisir risiko barang tidak laku.

Selain itu, Anda juga bisa menggunakan teknologi untuk meningkatkan efisiensi operasional seperti software manajemen inventaris dan akuntansi. Penggunaan teknologi yang tepat dapat membantu Anda menghemat waktu dan tenaga, yang tentunya membuat operasional perusahaan lebih efisien.

3. Ciptakan Nilai Tambah

Seperti yang dijelaskan pada bagian sebelumnya, kenaikan PPN 12% akan meningkatkan persaingan dalam industri. Untuk dapat bertahan, Anda perlu menciptakan nilai tambah yang membedakan produk Anda dari pesaing. Misalnya dengan membuat diversifikasi produk dan menggelar program promosi.

Anda juga bisa menciptakan nilai tambah dengan memberikan pelayanan yang unggul kepada konsumen. Pastikan konsumen mendapatkan produk yang berkualitas dan pelayanan yang prima ketika bertransaksi dengan bisnis Anda. Dengan begitu, bisnis Anda akan lebih diingat dalam benak konsumen dan sulit berpindah ke pesaing bisnis.

4. Kolaborasi dengan Mitra Bisnis

Strategi yang juga dapat Anda terapkan dalam menghadapi PPN 12% adalah berkolaborasi dengan mitra bisnis. Anda dapat menjalin kerja sama dengan vendor atau distributor untuk mendapatkan harga atau syarat pembayaran yang lebih baik. 

Selain itu, Anda juga bisa melakukan pengadaan barang bersama agar mendapatkan harga yang lebih baik karena jumlah pembelian yang besar. Bentuk kolaborasi lain adalah berbagi sumber daya untuk menghemat pengeluaran, seperti gudang atau transportasi.

5. Kelola Pajak dengan Efektif

Agar dapat menghadapi kenaikan PPN 12% dengan baik, Anda perlu mengelola pajak dengan efektif. Hitung secara akurat berapa banyak pajak yang harus Anda bayar, termasuk pajak masukan dan pajak keluaran yang menjadi bagian dari PPN terutang.

Identifikasi juga potensi apa saja yang dapat mengurangi pajak, seperti kredit pajak atau pengurangan pajak. Jangan ragu untuk berkonsultasi pada akuntan atau konsultan pajak untuk pengelolaan pajak yang lebih optimal.

6. Bangun Komunikasi dengan Pelanggan

Salah satu strategi yang sangat penting dalam menghadapi PPN 12% adalah komunikasi yang baik dengan pelanggan. Jika Anda memang harus menaikkan harga karena berbagai pertimbangan, maka komunikasikan hal tersebut dengan pelanggan. Jelaskan alasan kenaikan harga dengan transparan, terutama jika disebabkan oleh kenaikan tarif PPN.

Membangun komunikasi yang baik dengan pelanggan memang bukan tugas yang bisa selesai dalam waktu singkat, namun perlu dilakukan secara terus-menerus. Anda dapat memanfaatkan platform digital seperti media sosial atau email untuk menjalin hubungan baik dengan pelanggan, termasuk mengkomunikasikan kebijakan perusahaan terbaru.

Kelola Pengeluaran Bisnis Lebih Efisien dengan Aspire

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu strategi yang dapat Anda jalankan untuk menghadapi kenaikan tarif PPN adalah dengan mencari ruang efisiensi. Mencari peluang efisiensi bisa Anda lakukan dengan cara apa pun, termasuk memanfaatkan teknologi untuk menyederhanakan operasi keuangan.

Jika Anda tengah mencari sistem operasi keuangan yang bisa membantu penghematan bisnis, maka Aspire bisa menjadi solusi tepat.

Aspire adalah solusi keuangan all-in-one yang membantu menyederhanakan operasi keuangan sekaligus membantu Anda melakukan penghematan dari sisi pembayaran

Dengan Rekening Bisnis Multivalas Aspire, Anda bisa membayar supplier, vendor, atau mitra bisnis Anda di luar negeri dengan tarif transfer dan kurs yang lebih kompetitif dibandingkan bank. Selain itu, nikmati juga transfer lokal dalam mata uang Dolar Amerika Serikat (AS), Euro, dan Dolar Singapura secara gratis

Tak ketinggalan, Anda juga bisa menggunakan Kartu Pembayaran Korporat Aspire untuk menikmati cashback 0,5% tanpa batas di setiap transaksinya. Anda juga bisa menggunakan kartu Aspire untuk melakukan transaksi langsung dalam Dolar AS dan Dolar Singapura untuk menghindari biaya konversi.

Masih banyak lagi kelebihan yang ditawarkan oleh Aspire. Ingin tahu lebih lanjut? Hubungi kami sekarang! 

BAGIKAN ARTIKEL INI
Galih Gumelar
adalah penulis ulung dengan spesialisasi di makroekonomi, bisnis, keuangan, dan politik. Berbekal pengalaman menulis di CNN Indonesia, The Jakarta Post, dan organisasi kenamaan lainnya, Galih menggunakan keahliannya dalam menulis wawasan yang bermanfaat bagi mereka yang ingin memulai usaha.
Mengoptimalkan operasi keuangan Anda dengan Aspire
Temukan bagaimana Aspire dapat membantu Anda mempercepat proses keuangan dari awal hingga akhir mulai dari pembayaran hingga manajemen pengeluaran
Hubungi Sales