KEMBALI KE BLOG

Mengenal 5 Indikator Kinerja Manajemen Pengeluaran yang Perlu Diketahui Bisnis

Ditulis oleh
Aaron Oh
Terakhir diubah pada
September 2, 2024

Manajemen pengeluaran adalah salah satu hal esensial dalam operasional bisnis. Pasalnya, besar kecilnya pengeluaran akan sangat berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas dan kesinambungan bisnis sebuah usaha.

Namun, sebagai pelaku bisnis, Anda tentu penasaran mengenai tingkat efektivitas manajemen pengeluaran yang selama ini dijalankan. Selain itu, Anda mungkin memiliki pertanyaan mengenai tingkat keberhasilan Anda dalam mengelola dan menjaga pengeluaran selama ini.

Untungnya, Anda bisa mempelajari tingkat efektivitas manajemen pengeluaran melalui lima indikator kinerja manajemen pengeluaran yang dijabarkan di artikel ini.

Apa Itu Manajemen Pengeluaran?

Manajemen pengeluaran, atau disebut juga sebagai analisis pengeluaran, adalah sebuah proses memeriksa, mengelompokkan, dan menganalisis pengeluaran pada saat ini dan masa lampau. Dengan melakukan kegiatan ini, Anda dapat memahami pola pengeluaran, mengkaji dan menemukan ruang-ruang penghematan, dan meningkatkan efisiensi.

Manajemen pengeluaran adalah hal esensial dalam operasi keuangan. Pasalnya, dengan melakukan kegiatan tersebut, maka Anda dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan penting seperti berikut.

  1. Kemana larinya pengeluaran perusahaan selama ini?
  2. Siapa saja vendor utama dari perusahaan?
  3. Apakah uang yang digelontorkan selama ini memiliki dampak nyata bagi pertumbuhan bisnis Anda?
  4. Apakah ada opsi pengadaan lain yang lebih efisien dari segi biaya?

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya akan membantu Anda dalam mengelola pengeluaran. Semakin apik Anda mengelola pengeluaran, maka semakin baik pula profitabilitas yang bisa Anda torehkan di masa depan.

Apa Saja Indikator Kinerja Manajemen Pengeluaran?

Karena manajemen pengeluaran adalah hal krusial bagi operasional bisnis, maka Anda pun harus serius dalam mengukur tingkat keberhasilannya. Kendati begitu, pelaku bisnis terkadang bingung dalam mengukur tingkat efektivitas atas upaya-upaya yang telah dijalankannya selama ini.

Agar tidak jatuh ke permasalahan serupa, maka ada baiknya Anda memahami metrik-metrik penting atau indikator kinerja (Key Performance Indicators/KPI) yang umum digunakan untuk mengevaluasi manajemen pengeluaran.

Indikator kinerja manajemen pengeluaran memiliki beragam jenis. Namun, perusahaan umumnya menggunakan lima indikator berikut untuk mengukur efektivitas manajemen pengeluaran yang telah dilakukan.

Lantas, apa saja jenis-jenis indikator yang dimaksud?

1. Burn Rate

Burn Rate adalah sebuah metrik yang mengukur seberapa cepat perusahaan menggunakan atau “membakar” cadangan kasnya untuk membiayai kegiatan-kegiatan operasionalnya.

Pada umumnya, perusahaan menggunakan indikator ini untuk mengetahui seberapa lama bisnisnya bisa bertahan tanpa pendanaan tambahan. Oleh karenanya, indikator ini populer digunakan oleh perusahaan rintisan (startup) yang belum mencatat arus kas positif dari kegiatan operasinya.

Namun, manfaat Burn Rate tak berhenti sampai di situ saja. Sebab, informasi Burn Rate juga menyediakan sejumlah wawasan penting seperti berikut.

  1. Burn Rate dapat membantu Anda mengukur seberapa lama cadangan kas Anda dapat menopang operasional bisnis. Hal ini tentunya sangat krusial bagi Anda dalam merencanakan kebutuhan kas di masa depan, menentukan anggaran, dan menghimpun pendanaan dengan jumlah sesuai yang Anda butuhkan.
  2. Hasil Burn Rate dapat membantu Anda memantau dan mengelola arus kas secara efektif. Alhasil, Anda bisa memastikan nilai kas yang dianggap cukup untuk menutup beban operasional ke depan. Akibatnya, Anda pun tak perlu khawatir kehabisan cadangan kas secara mendadak.
  3. Dengan mengetahui Burn Rate, Anda bisa memiliki informasi yang dibutuhkan untuk menentukan strategi bisnis ke depan seperti rencana ekspansi, perekrutan karyawan, dan investasi. Berangkat dari situ, Anda pun bisa menentukan apakah perlu mengetatkan pengeluaran atau justru menggaet pendanaan tambahan.
  4. Bagi investor, Burn Rate biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan dan keberlangsungan usaha sebuah perusahaan. Oleh karenanya, investor cenderung memilih berinvestasi di perusahaan dengan Burn Rate yang baik karena hal itu menandakan bahwa perusahaan telah menjalankan pengelolaan keuangan yang apik.
  5. Analisis Burn Rate dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi inefisiensi dan kesempatan-kesempatan penghematan. Jika hal itu dilakukan, maka perusahaan pun berpeluang untuk meningkatkan profitabilitasnya di masa depan.

Burn Rate memang menyediakan banyak manfaat bagi bisnis. Namun pertanyaan berikutnya, bagaimana caranya Anda bisa mengetahui tingkat Burn Rate bisnis Anda? Anda dapat menghitungnya melalui formula berikut.

Burn Rate = Total Cadangan Kas : Total Pengeluaran Operasional Bulanan

Lebih lanjut, untuk memahami kalkulasi dan interpretasi Burn Rate dengan lebih detail, Anda bisa menyimak contoh di bawah ini.

Perusahaan A memiliki kas sebesar Rp500 juta dan pengeluaran bulanan sebesar Rp50 juta. Berdasarkan informasi tersebut, maka berapa besar Burn Rate yang dicatat Perusahaan A?

Burn Rate = Rp500 juta ; Rp50 juta

Burn Rate =  10

Dengan demikian, Perusahaan A diharapkan dapat terus beroperasi selama 10 bulan mendatang dengan asumsi tidak menerima pendanaan tambahan.

Sejatinya, tidak ada angka patokan pasti untuk menentukan baik atau tidaknya sebuah tingkat Burn Rate. Hanya saja, perusahaan wajib melakukan berbagai langkah mitigasi jika cadangan kas dianggap hanya mampu menutupi biaya operasional dalam waktu singkat. Berikut adalah beberapa di antaranya.

  1. Identifikasi dan kurangi beban-beban yang dianggap tidak esensial bagi bisnis untuk menjaga ketersediaan kas.
  2. Buatlah strategi untuk meningkatkan penjualan dan pendapatan untuk memperbaiki arus kas.
  3. Perusahaan bisa mencari tambahan dana dari investor atau melakukan negosiasi syarat dan ketentuan pinjaman kepada investor demi memperbaiki keberlangsungan usaha.
  4. Evaluasi model bisnis dan strategi yang selama ini dijalankan agar perusahaan dapat menciptakan efisiensi biaya namun tetap bisa mengembangkan bisnisnya dengan baik.

2. Budget Variance

Metrik berikutnya adalah Budget Variance, yakni perbedaan antara nilai anggaran belanja dengan realisasinya. Sesuai pengertiannya, maka rumus dari metrik ini cukup sederhana, yakni:

Budget Variance = Realisasi Pengeluaran - Anggaran Belanja.

Interpretasi hasil kalkulasi ini pun terbilang cukup simpel. Jika hasil akhir Budget Variance bernilai negatif, maka artinya realisasi pengeluaran perusahaan masih berada di bawah anggarannya. 

Hasil ini memiliki dua interpretasi. Pertama, perusahaan kemungkinan telah berhasil melakukan efisiensi biaya. Namun, perusahaan bisa jadi mengalami kondisi kedua, yakni ketidakmampuan dalam mengoptimalkan pengeluarannya.

Sebaliknya, jika hasil akhir Budget Variance bernilai positif, maka artinya realisasi pengeluaran perusahaan telah melebihi anggarannya. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mungkin telah melakukan pemborosan sehingga harus mengidentifikasi peluang efisiensi.

Meski perhitungannya terbilang sangat praktis, Budget Variance ternyata memberikan sejumlah wawasan berharga seperti berikut.

  1. Budget Variance dapat membantu Anda menganalisis item-item pengeluaran apa saja yang memiliki realisasi pengeluaran lebih besar daripada anggarannya.
  2. Informasi yang dihasilkan Budget Variance membantu Anda untuk menyesuaikan kembali proyeksi anggaran ke depan. Walhasil, Anda pun bisa melakukan perencanaan keuangan dengan lebih akurat.
  3. Anda bisa menggunakan riwayat Budget Variance di masa lalu untuk memproyeksikan rencana pengeluaran di masa depan.
  4. Budget Variance membantu Anda untuk mengoptimalkan sumber daya yang Anda miliki di tengah keterbatasan anggaran.

Sama seperti Burn Rate, sebenarnya tidak ada angka patokan absolut untuk menentukan baik atau buruknya Budget Variance milik sebuah perusahaan. Pasalnya, setiap perusahaan tentu memiliki kebutuhan dan ukuran anggaran yang berbeda-beda. 

Kendati begitu, perusahaan tetap bisa mengukur tinggi-rendahnya Budget Variance dengan menghitung besaran persentase Budget Variance terhadap nilai anggarannya. Informasi tersebut dapat diketahui melalui rumus berikut.

Persentase Budget Variance = (Budget Variance : Anggaran Belanja) x 100%

Untuk memahami lebih jauh mengenai perhitungan dan interpretasi hasil Budget Variance, Anda bisa menyimak contoh berikut.

Pada Juli 2024, Perusahaan A menganggarkan belanja sebesar Rp100 juta. Pada bulan yang sama, ternyata realisasi belanja Perusahaan A mencapai Rp120 juta. Lantas, berapa nilai Budget Variance Perusahaan A berdasarkan informasi tersebut?

Budget Variance = Rp120 juta - Rp100 juta

Budget Variance = Rp20 juta.

Dengan demikian, maka Perusahaan A telah menggelontorkan pengeluaran Rp20 juta lebih besar dibanding anggaran yang ditetapkan sebelumnya.

Kini, Perusahaan A sudah mengetahui nilai Budget Variance-nya pada Juli 2024. Kendati demikian, Perusahaan A masih punya dua pertanyaan yang belum terjawab: Apakah nilai tersebut terbilang tinggi atau rendah? Kemudian, apakah Budget Variance itu bisa membahayakan keuangan perusahaan?

Untuk menjawabnya, Perusahaan A pun kemudian menghitung persentase Budget Variance terhadap anggarannya.

Persentase Budget Variance = (Rp20 juta : Rp100 juta) x 100%

Persentase Budget Variance = 0,2 x 100%

Persentase Budget Variance = 20%.

Artinya, Perusahaan A telah melakukan “pemborosan” sebesar 20% dibandingkan anggarannya pada Juli 2024. Jika Perusahaan A menganggap bahwa angka ini terlalu tinggi dan bisa menjerumuskan perusahaan ke dalam bahaya, maka mereka bisa melakukan langkah-langkah mitigasi seperti berikut.

  1. Mengidentifikasi sumber pembengkakan belanja.
  2. Menyesuaikan anggaran sesuai dengan pengeluaran yang telah dilakukan.
  3. Memperbaiki proyeksi kinerja keuangan di masa depan.
  4. Mengendalikan biaya dan melakukan upaya efisiensi.

3. Spend by Category

Selain menggunakan metrik seperti Burn Rate dan Budget Variance, evaluasi manajemen pengeluaran juga bisa dilakukan dengan kegiatan Spend by Category, yakni pengelompokkan pengeluaran ke berbagai macam kategori. 

Hal ini dimaksudkan agar Anda bisa menganalisis kategori pengeluaran apa saja yang selama ini mendominasi total pengeluaran Anda. Sebagai dampaknya, Anda pun bisa mengoptimalkan strategi pengeluaran, meningkatkan efisiensi, dan memperbaiki profitabilitas ke depan.

Lebih lanjut, Anda sejatinya bisa menjalankan proses kategorisasi pengeluaran dengan cukup mudah.

Pada awalnya, Anda wajib melakukan kategorisasi pengeluaran terlebih dahulu. Dalam hal ini, Anda bisa memilah-milah item pengeluaran dan menggolongkannya ke dalam beberapa kelompok berdasarkan kriteria-kriteria yang Anda inginkan. Namun pada umumnya, perusahaan biasanya mengelompokkan pengeluaran berdasarkan kategori-kategori berikut.

  1. Pengeluaran Pemasaran: Jenis biaya dalam kategori ini mencakup biaya iklan, biaya pemasaran digital, dan biaya promosi. Dengan membuat kategori pengeluaran pemasaran, Anda nantinya bisa mengetahui apakah program pemasaran yang Anda jalankan selama ini terbilang efektif jika dibandingkan dengan biaya yang telah digelontorkan.
  2. Biaya Perjalanan. Kategori pengeluaran ini mencakup biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat perjalanan dinas seperti tiket pesawat terbang, hotel, sewa mobil, dan akomodasi selama perjalanan. 
  3. Biaya Gaji dan Manfaat. Kelompok beban ini mencakup gaji, manfaat bagi karyawan, bonus tahunan, dan asuransi.
  4. Biaya Teknologi dan Piranti Lunak. Kelompok pengeluaran ini biasanya terdiri dari lisensi piranti lunak, layanan SaaS, infrastruktur informasi dan teknologi, hingga layanan cloud
  5. Biaya Perlengkapan Kantor. Kategori pengeluaran ini berisikan alat tulis kantor (ATK), peralatan kantor, dan furnitur kantor.

Setelah melakukan kategorisasi, Anda kemudian bisa menghitung jumlah masing-masing kelompok pengeluaran tersebut dalam satu periode tertentu, misalnya dalam tahunan atau bulanan. Kemudian, Anda bisa menghitung proporsi masing-masing kelompok pengeluaran terhadap total pengeluaran Anda sepanjang periode tersebut.

Adapun proporsi kelompok pengeluaran terhadap total pengeluaran bisa dihitung menggunakan rumus berikut:

Proporsi Kelompok Pengeluaran = (Total Nilai Satu Kategori Pengeluaran : Jumlah Pengeluaran) x 100%

Untuk memahami implementasi Spend by Category dan interpretasinya, Anda bisa menyimak contoh kasus berikut.

Pada Juli 2024, Perusahaan A mencatat total pengeluaran Rp100 juta, di mana Rp25 juta di antaranya dimanfaatkan untuk kegiatan pemasaran. Lantas, berapa porsi pengeluaran pemasaran terhadap total pengeluaran Perusahaan A?

Proporsi Kelompok Pengeluaran = (Rp25 Juta : Rp100 Juta) x 100%

Proporsi Kelompok Pengeluaran = 0,25 x 100%

Proporsi Kelompok Pengeluaran = 25%

Dengan demikian, maka Perusahaan A telah mengalokasikan 25% dari total pengeluarannya di Juli 2024 untuk kegiatan pemasaran. Sehabis melakukan perhitungan tersebut, perusahaan A tinggal mengkaji efektivitas strategi pemasaran yang selama ini dijalankan untuk menentukan perlu atau tidaknya penambahan biaya pemasaran.

Perhitungan Spend by Categories memang terlihat sangat sederhana. Namun, memahami indikator satu ini dapat membuat Anda mengetahui banyak informasi keuangan, di antaranya adalah:

  1. Memahami Spend by Categories dapat membantu Anda mengidentifikasi pengeluaran yang dirasa berlebihan. Informasi tersebut nantinya dapat membantu Anda melakukan manajemen pengeluaran yang baik ke depannya.
  2. Dengan mengetahui nilai pengeluaran di setiap kategori pengeluaran, Anda dapat merencanakan anggaran dengan lebih efektif sehingga Anda pun bisa menitikberatkan pengeluaran di kebutuhan-kebutuhan yang bersifat prioritas.
  3. Informasi terkait kategorisasi pengeluaran dapat membantu Anda menentukan keputusan keuangan strategis ke depan.
  4. Anda bisa menilai atau mengevaluasi efektivitas dari setiap item pengeluaran dengan melakukan kategorisasi pengeluaran. 
  5. Proses kategorisasi pengeluaran dapat membantu Anda mengidentifikasi berbagai kesempatan optimalisasi proses bisnis. Sebagai contoh, jika Anda merasa telah melakukan pemborosan di biaya bahan baku, maka Anda bisa melakukan negosiasi ulang dengan pemasok untuk memperoleh harga beli yang lebih baik.
  6. Kategorisasi pengeluaran dapat membantu Anda merencanakan perencanaan bisnis. Alhasil, Anda pun bisa lebih mudah mencari cara dalam menggapai kestabilan finansial di jangka panjang.

4. Garis Tren Pengeluaran Bulanan

Selain menggunakan ketiga metrik di atas, Anda juga bisa mengevaluasi manajemen pengeluaran melalui grafik tren pengeluaran dalam satu periode tertentu.

Melalui grafik ini, Anda dapat melacak berapa besar pengeluaran yang digelontorkan dalam satu kurun waktu tertentu. Di samping itu, grafik ini juga memberikan informasi mengenai pola pengeluaran dan pengeluaran musiman ketika Anda mengoperasikan bisnis. Tak ketinggalan, grafik ini juga bisa membantu Anda mencari potensi efisiensi di periode-periode dengan pengeluaran tinggi

Membuat grafik tren pengeluaran terbilang sangat mudah. Anda hanya perlu mendata pengeluaran dalam satu periode tertentu, misalnya 12 bulan dalam setahun, dan menggambar grafiknya di piranti lunak yang memiliki fitur visualisasi data seperti Excel.

Untuk memahami proses dan interpretasi grafik tren pengeluaran, ada baiknya Anda menyimak contoh berikut.

Perusahaan A ingin mengetahui pola pengeluarannya sepanjang 2023 dan bulan-bulan apa saja yang memiliki pengeluaran tinggi. Oleh karenanya, Perusahaan A pun ingin membuat grafik tren pengeluaran berdasarkan data pengeluaran bulanan seperti berikut.

Januari: Rp500 juta

Februari: Rp465 juta

Maret: Rp485 juta

April: Rp525 juta

Mei: Rp565 juta

Juni: Rp540 juta

Juli: Rp525 juta

Agustus: Rp555 juta

September: Rp575 juta

Oktober: Rp530 juta

November: Rp510 juta

Desember: Rp470 juta

Berdasarkan informasi tersebut, maka Perusahaan A pun menyusun grafik yang terlihat seperti gambar di bawah ini.

Dari grafik tersebut, Perusahaan A menemukan bahwa pengeluarannya terlihat membengkak pada Mei dan September. Perusahaan pun kemudian membandingkan grafik tren pengeluaran 2023 dengan tahun sebelumnya serta dua tahun sebelumnya dan menemukan bahwa pengeluarannya memang selalu melonjak pada dua bulan tersebut.

Melihat pola tersebut, Perusahaan A kemudian berasumsi bahwa lonjakan pengeluaran pada Mei dan September setiap tahun didorong oleh faktor musiman. Sebagai tindak lanjut, perusahaan A pun kemudian mengidentifikasi peluang penghematan yang bisa dilakukan di Mei dan September agar pembengkakan serupa tidak terjadi di tahun berikutnya.

5. Return on Ad Spend (ROAS)

Selain itu, terdapat indikator kinerja manajemen pengeluaran lainnya, yakni Return on Ad Spend (ROAS). 

Hanya saja, berbeda dengan empat indikator sebelumnya yang bisa digunakan pada kelompok pengeluaran apapun, metrik ini secara spesifik hanya digunakan untuk mengukur besaran penerimaan yang didapatkan dari setiap rupiah yang digelontorkan untuk biaya iklan. Oleh karenanya, dengan memahami metrik ini, Anda diharapkan bisa mengetahui tingkat efektivitas kegiatan pemasangan iklan yang telah dijalankan selama ini.

Namun, selain memberikan informasi mengenai efektivitas periklanan, ROAS juga memiliki manfaat lain bagi bisnis seperti berikut.

  1. Anda dapat menggunakan informasi ROAS untuk meningkatkan skala upaya pemasaran. Salah satu caranya adalah dengan melakukan menambah pengeluaran ke iklan dengan nilai ROAS tinggi sehingga Anda bisa menjangkau lebih banyak calon konsumen.
  2. Anda juga bisa menggunakan profit yang dihasilkan dari kampanye pemasaran bernilai ROAS tinggi untuk diinvestasikan ke kanal-kanal periklanan lainnya untuk menjangkau potensi pasar yang lebih luas.
  3. Anda bisa menggunakan data-data ROAS untuk melakukan eksperimen periklanan baik dari sisi visual, teks, pesan maupun kanal periklanan demi menghasilkan strategi periklanan yang efektif.
  4. Anda juga bisa menggunakan data-data ROAS untuk merancang strategi periklanan yang mampu menjaring calon konsumen dengan nilai pendapatan tinggi, seperti menempatkan iklan di wilayah pemasaran baru..

Lebih lanjut, Anda bisa menggunakan formula berikut untuk mengetahui tingkat ROAS.

ROAS = Pendapatan dari Iklan : Biaya Pemasangan Iklan

Kemudian, untuk mengetahui cara menghitung dan menginterpretasikan ROAS, Anda bisa menyimak ilustrasi berikut.

Perusahaan A mengeluarkan biaya iklan digital sebesar Rp100 juta pada Mei 2024. Rupanya, aktivitas ini membuahkan hasil dalam bentuk pendapatan sebesar Rp250 juta yang dilacak langsung dari iklan-iklan tersebut. Lantas, berapa nilai ROAS yang dicatat Perusahaan A?

ROAS = Rp250 juta : Rp 100 juta

ROAS = 2,5

Kalkulasi itu menunjukkan bahwa Perusahaan A mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp5 untuk setiap pengeluaran iklan sebesar Rp1. Karena nilai ROAS-nya berada di atas 1, maka Perusahaan A bisa dibilang telah menjalankan strategi iklan yang efektif dalam mendatangkan pendapatan.

Nilai ROAS tersebut juga mendorong Perusahaan A untuk mengalokasikan lebih banyak anggaran ke kampanye atau kanal pemasaran yang memiliki tingkat ROAS paling tinggi.

Apa yang Perlu Dilakukan Setelah Mengetahui Indikator Kinerja Manajemen Pengeluaran?

Kini, Anda telah mengetahui berbagai indikator yang bisa mengukur efektivitas pengeluaran Anda selama ini. Meski demikian, efektivitas manajemen pengeluaran Anda juga bergantung kepada tingkat visibilitas dan kemampuan Anda dalam memantau pengeluaran secara berkala.

Hanya saja, Anda mungkin akan sulit melakukan pemantauan dan pelacakan pengeluaran jika aktivitas tersebut dilakukan secara manual. Oleh karenanya, Anda mungkin membutuhkan bantuan software manajemen keuangan agar bisa menerima pembaruan status pengeluaran Anda secara otomatis dan real-time.

Selain memperingkas proses kerja Anda, data-data pengeluaran yang tersaji secara otomatis dan real-time akan memberikan beberapa manfaat seperti berikut.

  1. Software manajemen pengeluaran yang menyajikan data secara cepat memungkinkan Anda untuk mengecek indikator manajemen pengeluaran dengan instan. Keunggulan ini bisa membuat Anda cepat merespons perubahan dalam bisnis, seperti perubahan pasar, tren konsumsi, atau masalah operasional.
  2. Data pengeluaran yang tersaji secara real-time akan membantu Anda menetapkan keputusan dengan cepat, baik keputusan menyangkut strategi pemasaran, manajemen persediaan, maupun ekspansi bisnis.
  3. Pemantauan metrik-metrik manajemen keuangan secara real time dapat membantu Anda menemukan inefisiensi dan mengalokasikan sumber daya dengan lebih baik. Hal ini tidak hanya mampu menekan beban operasional Anda tetapi juga memperbaiki produktivitas secara keseluruhan.
  4. Dengan mengantongi data-data pengeluaran secara real-time, Anda juga bisa mengungguli pesaing-pesaing Anda yang bergantung pada informasi keuangan di periode sebelumnya.

Pantau Indikator Manajemen Pengeluaran Secara Mudah dengan Aspire!

Jika Anda adalah pelaku usaha yang membutuhkan piranti lunak yang bisa menyediakan data-data pengeluaran yang tidak hanya akurat namun juga real time, maka Manajemen Pengeluaran Aspire bisa menjadi solusi tepat bagi Anda! Pasalnya, Aspire memiliki beberapa fitur unggulan yang bisa membantu Anda mengawasi dan menganalisis indikator manajemen pengeluaran seperti berikut.

  1. Manajemen Data Terpusat. Manajemen Pengeluaran Aspire mampu mengonsolidasikan data pengeluaran dari berbagai sumber ke dalam satu sistem saja, sehingga Anda bisa memantau realisasi pengeluaran dan tingkat kesehatan finansial Anda secara real time dalam satu dasbor saja.
  2. Pengeluaran Lebih Teratur. Anda bisa menerbitkan kartu pembayaran korporat dengan instan untuk berbagai kegiatan pengeluaran, seperti pembayaran jasa berlangganan (subscription), biaya pemasaran, atau pembelian piranti lunak. Hal ini tentunya dapat memperingkas proses kerja Anda tanpa harus mengorbankan visibilitas pengeluaran.
  3. Analisis Pengeluaran. Anda bisa memodifikasi dasbor Aspire sesuai kebutuhan untuk memantau pola pengeluaran, mengecek realisasi anggaran, dan mencari kesempatan penghematan.
  4. Pemberdayaan Tim. Aspire bisa diakses oleh multipengguna sehingga tim Anda bisa leluasa melakukan pengeluaran namun tetap bisa memantau realisasinya secara real time.
  5. Otomatisasi dan Notifikasi. Seluruh proses kerja di Aspire dilakukan secara otomatis. Selain itu, Anda juga akan menerima notifikasi terkait perubahan anggaran, masalah vendor, dan pelanggaran kebijakan pengeluaran, sehingga Anda dapat mengelola risiko pengeluaran dengan lebih baik.
  6. Bisa Diakses di Mana Saja. Pantau dan kelola anggaran serta pengeluaran Anda melalui aplikasi ponsel pintar Aspire yang bisa diakses kapan pun dan di mana pun.
  7. Maksimalkan Penghematan. Raih cashback menarik untuk setiap transaksi di layanan SaaS atau pengeluaran pemasaran melalui kartu Aspire.

Jika Anda tertarik mengetahui lebih jauh, maka Anda bisa berbicara dengan tim Sales kami atau mendaftar akun Aspire gratis sekarang!

▶️  Watch Video
Tentang Penulis
Aaron Oh
is a seasoned content writer specialising in finance, insurance and tech industries. With a writing history at S&P Global, EdgeProp, Indeed, Prudential, and others, Aaron leverages finance knowledge and business insights to help businesses improve productivity and performance.
Mengoptimalkan operasi keuangan Anda dengan Aspire
Temukan bagaimana Aspire dapat membantu Anda mempercepat proses keuangan dari awal hingga akhir mulai dari pembayaran hingga manajemen pengeluaran
Hubungi Sales