Kurs Tengah Adalah: Memahami Definisi, Fungsi, dan Contohnya bagi Bisnis
Kurs tengah adalah salah satu jenis kurs yang berlaku di dalam kegiatan ekonomi selain kurs jual dan kurs beli. Namun, apa sebenarnya pengertian kurs tengah? Selain itu, apakah fungsi kurs tengah berbeda dengan jenis kurs lainnya?
Anda bisa memahami serba-serbi kurs tengah dan contohnya melalui artikel berikut.
Apa Itu Kurs Tengah?
Di dalam kegiatan ekonomi, kurs tengah adalah nilai tukar mata uang dengan angka yang berada di antara kurs jual dan beli. Sekadar informasi, kurs jual adalah kurs yang digunakan masyarakat untuk menukarkan mata uang lokal ke valuta asing sementara kurs beli adalah kurs yang digunakan masyarakat untuk menukarkan valuta asing ke mata uang lokal.
Di Indonesia, kurs tengah dihitung berdasarkan kurs jual dan kurs beli yang dihimpun dari kurs transaksi Bank Indonesia (BI). Oleh karenanya, kurs ini juga disebut sebagai kurs tengah Bank Indonesia atau titik tengah kurs transaksi BI.
Dulu, angka kurs tengah Bank Indonesia disajikan setiap harinya di dalam laman resmi BI. Namun, BI tidak lagi mempublikasikan informasi resmi mengenai kurs tengah Bank Indonesia sejak 5 April 2021.Â
Adapun titik tengah kurs transaksi BI kini mengacu pada kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), yakni kurs yang dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang (weighted average) volume transaksi valuta asing terhadap Rupiah di pasar spot valuta asing Indonesia. Alasannya, kurs ini dianggap mampu mewakili nilai tukar sebenarnya yang tercipta di pasar transaksi spot valuta asing.
Apa Fungsi Kurs Tengah?
Berbeda dengan kurs jual dan kurs beli, kurs tengah tidak dimanfaatkan untuk kegiatan pertukaran mata uang. Malahan, kurs tengah digunakan untuk referensi nilai tukar, baik untuk pencatatan laporan keuangan maupun pelaporan pajak.
Lantas, mengapa kurs tengah digunakan untuk kedua pelaporan tersebut?
1. Fungsi Kurs Tengah untuk Pelaporan Keuangan
Perusahaan, utamanya perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia, umumnya menggunakan kurs tengah sebagai patokan untuk mengonversikan nilai akun-akun dengan denominasi valuta asing ke Rupiah di dalam pencatatan laporan keuangannya di akhir tahun.
Namun, apa alasan mereka menggunakan kurs tengah alih-alih menggunakan kurs jual atau kurs beli?
Asal tahu saja, perusahaan asing kerap mencatat akun-akun di laporan keuangannya seperti posisi kas, aset, dan pasiva dalam valuta asing, misalnya Dolar Amerika Serikat (AS), alih-alih menggunakan mata uang lokal, misalnya Rupiah.
Hanya saja, nilai tukar tentu berfluktuasi antar waktu. Posisi kurs pada awal tahun bisa saja jauh berbeda dengan kondisi di akhir tahun. Sebagai dampaknya, posisi akun-akun dengan nilai valuta asing tersebut di awal tahun bisa jauh berbeda dengan posisi akhir tahun jika diukur dalam mata uang domestik.
Oleh karenanya, demi memudahkan perhitungan konversi dan meminimalisasi bias di dalam pelaporan keuangan, perusahaan pun kemudian memilih menggunakan kurs tengah sebagai "jalan tengah".
2. Fungsi Kurs Tengah untuk Pelaporan Pajak
Bagi perusahaan asing, kurs tengah memang bermanfaat untuk pelaporan keuangan. Namun pertanyaannya, mengapa mereka wajib mengonversi seluruh akun-akun dalam mata uang asing ke Rupiah? Jawabannya tentu saja berkaitan dengan besaran pajak penghasilan (PPh) yang mereka perlu bayar ke pemerintah.
Sekadar informasi, perhitungan PPh di Indonesia didasarkan pada laba bersih sebuah perusahaan dalam denominasi Rupiah, bukan dalam valuta asing. Implikasinya, perubahan nilai tukar tentu sangat memengaruhi besaran laba dalam satuan Rupiah milik sebuah perusahaan asing.
Akibat perubahan kurs, angka laba dalam denominasi Rupiah bisa berubah drastis meski pertumbuhan laba dalam valuta asing terbilang stagnan dibanding tahun sebelumnya. Alhasil, jika laba perusahaan dalam Rupiah berubah, maka setoran PPh yang perlu dibayar perusahaan ke pemerintah pun ikut berubah.
Sebagai contoh, anggap saja sebuah perusahaan mencatat laba US$2.500 dengan kurs tengah sebesar Rp15.250 pada tahun 2023. Dengan demikian, maka laba perusahaan terbilang Rp38,125 juta jika diukur dalam satuan Rupiah.
Setahun berikutnya, perusahaan ternyata masih membukukan laba US$2.500 namun kurs tengah naik menjadi Rp15.500. Berdasarkan hal tersebut, maka laba perusahaan dalam Rupiah tercatat Rp38,75 juta.
Contoh di atas memperlihatkan bahwa perubahan kurs sangat memengaruhi setoran pajak perusahaan asing meski laba yang ditorehkan terbilang sama antar periode.
Bagaimana Cara Menghitung Kurs Tengah?
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kurs tengah adalah kurs dengan nilai di antara kurs jual dan kurs beli. Dengan demikian, maka rumus kurs tengah secara sederhana adalah sebagai berikut.
(Kurs Jual + Kurs Beli) : 2 = Kurs Tengah
Contoh Kurs Tengah
Untuk memahami fungsi kurs tengah dan rumus kurs tengah dengan lebih jelas, ada baiknya Anda menyimak contoh kasus berikut.
Perusahaan A adalah sebuah perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia dan mencatat laporan keuangannya menggunakan denominasi Dolar AS.
Pada awal 2023, perusahaan memiliki saldo kas dan bank dalam Dolar AS sebesar US$5,500 dengan kurs Rp14.500 per Dolar AS. Jika diubah ke dalam Rupiah, maka posisi saldo tersebut terbilang Rp79,75 juta.
Posisi saldo kas dan bank tersebut tidak berubah hingga akhir 2023. Namun, kurs Rupiah terhadap Dolar AS berubah menjadi Rp15.250 di akhir tahun. Akibatnya, posisi saldo kas dan bank dalam nilai Rupiah naik menjadi Rp83,875 juta.
Posisi akun tersebut pada awal dan akhir tahun memang terbilang tetap jika diukur dalam Dolar AS. Namun, apabila diukur dalam Rupiah, posisi akun pada awal dan akhir tahun memiliki selisih Rp4,125 juta.
Demi menjaga konsistensi posisi kas dan bank valuta asing dalam satuan Rupiah, Perusahaan A akan mengurangi neraca kas dan bank-nya sebesar Rp4,125 juta, atau sesuai dengan jumlah selisih tersebut, sebagai "kerugian kurs" di dalam pencatatannya. Setelahnya, ia akan menambahkan angka itu ke akun kerugian di dalam laporan laba rugi.
Jika kerugian perusahaan bertambah, maka laba bersih perusahaan yang tercatat di laporan laba rugi pun ikut terkikis. Sebagai dampaknya, maka pajak yang perlu dibayarkan perusahaan pun akan mengikuti posisi akhir laba yang dicatat di laporan tersebut.
Apa Saja Faktor yang Memengaruhi Kurs Tengah?
Penjelasan di atas menegaskan bahwa kurs tengah memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pencatatan laporan keuangan dan pelaporan pajak.
Meski punya pengaruh kuat, kurs tengah adalah faktor yang tidak bisa dikendalikan perusahaan. Pasalnya, perubahan kurs sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti berikut.
1. Tingkat Inflasi
Inflasi akan membuat nilai tukar mata uang sebuah negara menjadi lemah. Pasalnya, ketika inflasi terjadi, maka biaya produksi barang dan jasa domestik semakin mahal sehingga produk-produk tersebut tidak bisa berdaya saing di pasar internasional.
Semakin sedikit permintaan ekspor, maka semakin menurun pula permintaan terhadap mata uang lokal. Mekanisme permintaan dan penawaran ini tentunya juga akan berdampak pada nilai tukar.
2. Tingkat Suku Bunga
Perubahan suku bunga acuan juga sangat memengaruhi perubahan kurs.
Asal tahu saja, investor asing akan tergiur untuk menanamkan modalnya di instrumen bebas risiko, seperti obligasi pemerintah, di negara yang memiliki tingkat suku bunga acuan tinggi. Pasalnya, tingginya suku bunga acuan biasanya juga diikuti dengan kenaikan tingkat imbal hasil instrumen-instrumen tersebut. Sebagai dampaknya, arus permintaan mata uang domestik pun semakin deras dan pada akhirnya bisa memperkuat nilai tukar mata uang negara tersebut.
Begitu pun sebaliknya. Tingkat suku bunga rendah akan memperlemah kurs mata uang domestik terhadap mata uang asing.
3. Tingkat Pendapatan Relatif
Jika sebuah negara memiliki tingkat pertumbuhan pendapatan tinggi, maka hal itu umumnya bisa memperlemah kurs.
Hal ini bisa terjadi karena masyarakat kemungkinan akan meningkatkan permintaan barang dan jasa impor ketika pendapatannya bertumbuh. Kenaikan aktivitas impor tentu akan meningkatkan permintaan valuta asing di sebuah negara.
Nikmati Pembayaran Valas dengan Tarif Kurs Rendah dengan Aspire!
Kurs tengah adalah elemen penting yang perlu diperhatikan bisnis ketika melakukan pencatatan atau pelaporan pajak. Namun, di dalam kegiatan operasional sehari-hari, perusahaan sejatinya malah lebih dipengaruhi oleh perubahan kurs beli atau kurs jual.
Perusahaan, utamanya yang memiliki cakupan internasional, pasti sering menerima atau melakukan pembayaran internasional. Mereka akan membutuhkan valuta asing untuk kegiatan seperti membayar gaji karyawan atau pemasok yang berada di luar negeri.
Hanya saja, aktivitas tersebut justru bisa menjadi beban bagi finansial jika perusahaan menggunakan jasa pengiriman uang dengan biaya konversi mata uang yang mahal. Tekanan ini bisa menjadi semakin berat apabila perusahaan melakukan transfer uang internasional secara rutin.
Untungnya, masalah itu bisa terselesaikan jika mereka melakukan pembayaran lintas batas dengan Pembayaran Internasional Aspire!
Pembayaran Internasional Aspire memungkinkan perusahaan untuk melakukan pembayaran internasional melalui lebih dari 30 mata uang ke lebih dari 130 negara. Perusahaan bisa melakukan pembayaran tersebut dengan tarif kurs tiga kali lebih murah dibandingkan kurs bank konvensional.
Tak ketinggalan, perusahaan juga tak akan dibebankan biaya tersembunyi, biaya pembukaan rekening, dan biaya pemeliharaan.