eFishery: Perusahaan Akuakultur Smart di Indonesia
Sejak tahun 2013, tim eFishery telah berkomitmen untuk menjadi pemain terdepan dalam industri akuakultur Indonesia yang bernilai $20 miliar. Misi mereka untuk melayani petani ikan dan udang lokal dengan platform terintegrasi dan solusi pembiayaan terbukti berhasil.
Ribuan smart feeder eFishery telah digunakan oleh lebih dari 40.000 petani dari 24 provinsi di Indonesia. Selama pandemi, perusahaan mengalami pertumbuhan yang luar biasa, dimana pengguna mereka meningkat hingga 10x lipat.
Tantangan: Masalah Apa yang Ingin Dipecahkan oleh eFishery?
#1 Biaya out-of-pocket yang terus bertambah
Pertumbuhan eksponensial e-fishery memang merupakan hal yang luar biasa, namun hal itu juga membutuhkan biaya yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan mereka yang 10x lipat lebih banyak, perusahaan harus merekrut anggota tim 2x lebih banyak. Dengan jumlah tim yang terus bertambah dan tersebar di 20 provinsi di Indonesia, biaya operasional eFishery menjadi sangat besar.
Pengeluaran perusahaan yang dilakukan oleh karyawan e-Fishery masih diproses secara manual. Karyawan akan membayarkan dengan uang mereka (out-of-pocket) terlebih dahulu dan melakukan klaim jauh setelahnya. Cara lama mereka dalam mengelola pengeluaran menghabiskan banyak waktu. Selain itu, dengan permintaan yang melunjak, tim finance e-fishery membutuhkan banyak sekali waktu untuk memproses klaim dari 1.000+ anggota team.
#2 Kurangnya kontrol anggaran
Seiring bertumbuhnya eFishery, masalah pengelolaan budget mulai muncul. Hal ini disebabkan oleh cara mengelola pengeluaran mereka, dimana proses klaim dilakukan setelah pembelanjaan dilakukan. Tim finance e-fishery kesulitan untuk memastikan bahwa pengeluaran mereka berada di dalam budget yang ditentukan. Kurangnya transparansi dari pengeluaran setiap divisi semakin memperburuk masalah ini.
#3 Persetujuan pengeluaran iklan digital yang memakan waktu
Kurangnya otomatisasi dalam sistem approval mereka juga berdampak pada tim marketing eFishery. Untuk meningkatkan brand awareness mereka di Indonesia, mereka banyak menggunakan layanan iklan digital seperti Google dan Facebook ads. Namun, dikarenakan proses approval yang memakan waktu, banyak program campaign marketing yang terpaksa tertunda.